SETIAP daerah di Indonesia memiliki sebutan atau julukannya masing-masing. Hal itu juga berlaku bagi Sragen, Jawa Tengah.
Sragen lazim disebut sebagai 'kota masa lalu' yang mana di dalamnya terdapat sejumlah peninggalan penting.
Kemudian, mayoritas wisata yang ada di Sragen adalah wisata yang membahas tentang sejarah peradaban manusia.
Selain itu, kabupaten ini juga dikenal dengan sebutan 'Bumi Sukowati'. Nama yang digunakan sejak masa kekuasaan Kerajaan (Kasunanan) Surakarta. Sementara nama Sragen dipakai karena pusat pemerintahan kala itu berlokasi di Sragen.
Melansir akun TikTok @sendangkungerit, berikut sejumlah bukti kenapa Sragen layak disebut kota masa lalu ;
1. Situs Sangiran
Sangiran diakui oleh para ilmuwan untuk menjadi salah satu situs yang paling penting di dunia untuk mempelajari fosil manusia.
(Foto: IG/@shoegim_01)
Sangiran disejajarkan bersama situs Zhoukoudian (China), Willandra Lakes (Australia), Olduvai Gorge (Tanzania) dan Sterkfontein (Afrika Selatan), serta lebih baik dalam penemuan daripada yang lain.
Situs Manusia Purba Sangiranpun ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada 5 Desember 1996 dengan nomor penetapan C593.
2. Gunung Kemukus
Lokasinya sekitar 8,5 km Sendang Kun Genit. Gunung Kemukus terdengar begitu suram dari telinga orang banyak.
Gunung Kemukus (Foto: Atmyn 5758)
Mereka lebih mengenal tempat itu sebagai lokasi pesugihan dan ritual seks bebas dibandingkan destinasi wisata.
Padahal sebenarnya Gunung Kemukus adalah tempat ziarah. Di atas bukit yang berada di tengah hamparan air Waduk Kedung Ombo itu, terdapat makam seorang penyiar Islam bernama Pangeran Samudro. Dan, kini wisata Gunung Kemukus menjadi prioritas pariwisata di Kabupaten Sragen.
3. Makam Joko Tingkir
Kemudian di Sragen juga terdapat makam Joko Tingkir, kini menjadi salah satu wisata religi lokasinya ada di Butuh, Gedongan, Plupuh, Dusun II, Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Di pemakaman tersebut, ada seorang penguasa Keraton Panjang (1550-1582) yang bergelar Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir dikebumikan. Di kompleks pemakaman itu terdapat lebih dari 20 pusara yang dikelilingi tembok.
Makam Joko Tingkir (Foto: Kasiyanto)
4. Pasar Bahulak
Kemudian tidak jauh dari makam Joko Tingkir ada Pasar Bahulak yang berlokasi di Dukuh, Sawahan, Karungan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Pasar ini menggunakan koin dari kayu sebagai alat transaksinya. Konsep dari Pasar Bahulak, yakni pasar tradisional klasik seperti zaman kerajaan dahulu. Bahkan penjual dan pembelinya pun diharuskan menggunakan bahasa Jawa dalam percakapan transaksinya.
Pasar ini hanya buka di hari Minggu atau sekali dalam selapanan, yaitu ritual yang dilakukan kepada bayi yang sudah menginjak usia 35 hari. Dan jika beruntung sering diadakan pagelaran tari seni budaya di sana lho!
(Rizka Diputra)