"Pasalnya untuk mendapatkan hasil tenun yang baik membutuhkan ketekunan, ketelitian, kesabaran , keikhlasan. dan kesucian," lanjutnya.
Ya, pada zaman itu, seseorang yang ingin bisa lulus sekolah memang harus menguasai lima poin tersebut. Bukan cuman kelulusan, siapa pun yang sudah dinyatakan berhasil ikhlas, sabar, tekun, hingga teliti pun dinilai sudah pantas menikah.
(Tenun khas Manggarai, Foto: Dekranasda NTT)
"Tidak hanya itu, seorang perempuan yang sudah bisa menenun dengan baik dianggap sudah mampu berkeluarga," pungkas Anna singkat.
Adapun keberadaan tenun dan songket di Indonesia sendiri dibawa oleh Situ Fatimah bin Mainum pada abad 11 silam. Beliau menyebarkan agama Islam menggunakan media tenun. Pada masa sebelum Indonesia merdeka, tenun pun sempat menjadi alat tukar. Mengingat saat itu mata uang Indonesia memang belum ada.
(Rizky Pradita Ananda)