PAGI sehabis hujan, awan masih menaungi Nagari Salibutan, tetapi keriuhan sudah terdengar di tepi hutan.
Sekelompok anak muda, sekitar 15 orang, sudah tiba di sana untuk bersiap bertualang ke Air Terjun Nyarai di kawasan Hutan Gamaran, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Mereka bersemangat karena baru pertama kali menjajal jalur yang berada di hutan nagari itu. Gemercik air sungai pun sudah mulai terdengar dari kejauhan.
Alirannya tenang, tidak deras dan besar meskipun dirundung hujan semalaman. Seandainya terjadi hujan deras pun tidak akan menyebabkan banjir bandang karena tutupan hutan masih bagus.

Air Terjun Lubuk Nyarai di Hutan Gamaran, Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumbar (ANTARA/Iggoy el Fitra)
Air Terjun Lubuk Nyarai berada di kawasan yang dulunya merupakan Hutan Lindung Bukit barisan I yang kini berubah statusnya menjadi hutan nagari (desa) setelah mendapat izin dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.
Hutan Gamaran seluas 2.800 hektare itu kini dikelola oleh Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LHPN) Nagari Salibutan dan Pokdarwis Nyarai.
BACA JUGA:
Adalah Ritno Kurniawan, pelopor ekowisata Nyarai yang mulai membuka destinasi wisata petualangan itu sejak tahun 2013.

Hutan Gamaran di Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumbar (ANTARA/Iggoy el Fitra)
Ritno menjelaskan, dulunya warga merupakan para penebang kayu ilegal yang merambah hutan secara masif untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.
Tapi, sejak dirintis menjadi objek wisata petualangan, lokasi hutan itu disulap menjadi tempat wisata minat khusus, dan warga sekitar banyak yang kemudian beralih profesi menjadi pemandu wisata trekking (berjalan kaki).
Ritno menambahkan, meskipun masih ada yang melakukan aktivitas pembalakan liar namun jumlahnya sedikit. Warga yang menebang kayu hanya untuk memenuhi keperluan pribadi, bukan untuk cukong atau kebutuhan ekonomi lainnya.