LIBURAN jadi momen yang paling menyenangkan. Apalagi setelah pandemi Covid-19 mereda, masyarakat sudah mulai aktif melakukan perjalanan tak hanya di dalam tapi di luar negeri.
Namun perlu diingat, saat berlibur jangan hanya memikirkan akomodasinya saja, tapi juga mempertimbangkan risiko kesehatan. Bahkan saat Anda melakukan perjalanan ke luar negeri, ada beberapa negara yang mewajibkan untuk vaksin lho.
“Ada beberapa persyaratan misalnya di Eropa dan Amerika, mereka minta pelajar atau wisatawan vaksin MMR, influenza, yellow fever, ini vaksin yang diwajibkan dan kita harus sukarela," ujarnya Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PB PAPDI (Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia), Dr. dr. Sukamto Koesnoe, Sp.PD-KAI, dalam acara Kalbe Academia.
Dokter Sukamto memaparkan bahwa 100.000 pelaku perjalanan ke Negara Berkembang selama satu bulan, sebanyak 50.000 orang akan mengalami masalah kesehatan, 8.000 orang membutuhkan tenaga kesehatan, 5.000 orang memerlukan istirahat ditempat tidur, 1.100 orang tidak bisa bekerja, 300 orang akan dirawat, 50 orang memerlukan evakuasi, dan satu orang kemungkinan meninggal dunia.
“Penularan infeksi pada traveler terjadi melalui droplet atau airborne, makanan dan minuman yang terkontaminasi, vektor nyamuk, hubungan seksual, hingga zoonotik. Perilaku juga memainkan peran penting, misalnya pergi ke luar rumah pada malam hari di daerah endemik malaria tanpa melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari gigitan nyamuk, dapat menyebabkan wisatawan tersebut tertular malaria,” papar dr Sukamto.
Melihat banyaknya risiko penyakit yang akan terjadi, dr Sukamto pun mengatakan bahwa pentingnya untuk melakukan vaksin. Dia pun kembali menjelaskan jenis-jenis vaksin yang bisa digunakan oleh para calon pelancong yang akan melakukan perjalanan. Misalnya vaksin influenza dan pneumonia. Vaksin pneumonia khusus untuk remaja dewasa di atas 19 tahun yang memiliki riwayat asma.