BENGAWAN Solo merupakan aliran sungai terbesar dan terpanjang di Pulau Jawa. Sungai legendaris yang melewati Jawa Tengah dan Jawa Timur ini menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Lalu kenapa dinamakan Bengawan Solo?
Sungai Bengawan Solo sebagai jalur air bagi manusia dan lahan pertanian di bagian timur dan utara pulau Jawa. Sungai Bengawan Solo juga menyimpan banyak kisah menarik.
Bengawan Solo terdiri dari dua buah kata yakni “Bengawan” yang berarti sungai besar dan “Solo” yang seharusnya ditulis dengan “Sala”, nama sebuah desa di wilayah eks Karesidenan Surakarta.
BACA JUGA:
Pemberian nama sungai “Sala” (Solo) menggunakan nama desa yang terkenal pada zaman kerajaan Pajang, yaitu desa Sala. Yang kelak menjadi pusat kerajaan baru yaitu Surakarta.
Lantas mengapa tidak menggunakan nama mata airnya?
Ini berbeda dengan Sungai Serayu yang mata airnya di pegunungan Dieng, memang ada sebuah dusun bernama Serayu, juga airnya mengalir sampai jauh dan akhirnya ke laut selatan.
Mendulang emas di Sungai Bengawan Solo. (Okezone.com/Avirista)
Mata air tersebut berasal dari lereng gunung seribu yang terletak di sebelah tenggara wilayah eks Karesidenan Surakarta. Dari mata air tersebut mengalir ke arah barat daya dan menjadi batas antara wilayah Kabupaten Pacitan dengan Kabupaten Wonogiri.
Anak sungai yang mendasari Bengawan Solo sendiri adalah Sungai Dengkeng yang berhulu di Gunung Merapi, melewati kota Surakarta (disebut juga kota Solo).
BACA JUGA:
Setelah melewati Surakarta, sungai mengalir ke utara mengitari Gunung Lawu, kemudian berbelok ke timur menuju Kabupaten Ngawi di Jawa Timur.
Setelah Ngawi sungai berbelok ke utara lagi, membentuk batas antara Kabupaten Blora di Jawa Tengah dan Kabupaten Bojonegoro di Jawa Timur.
Dari Blora, sungai berbelok ke timur dan melewati Kabupaten Bojonegoro. Dari situ lalu mengarah ke timur melewati Kabupaten Lamongan dan Gresik.
Bagian terakhir dari DAS (kira-kira dimulai dari Kabupaten Bojonegoro) sebagian besar berupa tanah datar.