KEHIDUPAN masyarakat Aceh sangat kental dengan tradisi dan budaya. Sedikitnya ada 10 upacara adat di Aceh yang masih diwariskan secara turun-temurun.
Aceh memiliki keragaman tradisi dan budaya yang unik. Masyarakat Aceh yang mayoritas Muslim sangat bangga dengan tradisi budayanya sehingga tak heran jika kehidupan sosial mereka tak lepas dari adat istiadat.
Masyarakat Aceh punya banyak tradisi atau upacara adat, sebagai bentuk rasa syukur. Mulai dari prosesi adat kelahiran, pernikahan, hingga kematian.
BACA JUGA:6 Wisata Cantik di Aceh Singkil, Daerah yang Diguncang Gempa M6,2
Mengutip dari Gasbanter Journal, berikut 10 upacara adat di Aceh yang masih terjaga kelestariannya.
Meuleumak
Meuleumak merupakan pesta makan-makan yang diawali dengan gotong-royong dan masak besar secara bersama-sama. Biasanya dilakukan masyarakat laki-laki atau pemuda gampong (desa) saat momen-momen tertentu seperti lebaran.
Untuk memeriahkan meuleumak, biasanya panitia turut mengundang pemuda dari gampong lain untuk ikut menikmati makanan.

Masak kuah beulangong di Aceh. (Ksm Tour)
Tradisi meuleumak masih sering dilakukan masyarakat terutama di Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya sekitarnya sebagai ajang menjaga ukhuwah atau silaturahmi sesama masyarakat serta rasa syukur kepada Allah Subhanahu wata'ala.
Ba Ranup (Proses Lamaran)
Ba Ranup adalah prosesi lamaran pria ke wanita sebelum pernikahan. Pada tradisi ini, pihak laki-laki akan membawa seserahan ranup atau sirih dan pinang untuk melamar perempuan yang dicintainya. Sirih pada tradisi Ba Ranup merupakan simbol ikatan.
BACA JUGA:Mengenal Hari-Hari Larangan Melaut dalam Hukum Adat di Aceh
Reusam Ziarah
Tradisi Reusam ziarah adalah ziarah kubur yang disertai gotong-royong dan doa bersama. Biasanya dilakukan pada momen lebaran. Tradisi ini masih terjaga terutama di Kabupaten Aceh Besar.

Warga doa bersama saat Reusam Ziarah di Aceh Besar. (Disbudpar Aceh)
Khanduri Pang Ulee
Masyarakat Aceh memiliki tradisi khanduri Pang Ulee atau khaduri maulid untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad. Tradisi ini biasanya berlangsung sampai 2 bulan penuh. Jelang hari H, para masyarakat terutama pemuda gampong bergotong royong membersihkan lalu mendekor meunasah atau masjid dengan umbul-umbul warna-warni.
Saat hari H, masyarakat akan menyumbangkan nasi serta lauk-pauk yang dibungkus cantik dalam idang lalu dibawa ke meunasah atau masjid untuk dimakan bersama-sama. Biasanya para pemuda juga memasak kuah beulangong, kuah daging dengan bumbu rempah-rempah yang dimasak dalam kuali besar.

Santri melantunkan zikir barzanji saat khanduri maulid Nabi Muhammad di Gampong Meunasah Pupu, Ulim, Pidie Jaya, Aceh. (Okezone.com/Salman Mardira)
Nah, kampung yang menggelar khanduri maulid akan turut mengundang warga kampung tetangga untuk datang makan-makan bersama sehingga tali silaturahmi antarkampung terjaga dengan baik.
Khanduri pang ulee atau maulid di Aceh juga diwarnai dengan penampilan lantunan zikir barzanji oleh para santri atau pemuda kampung. Pada malam harinya, masyarakat akan menggelar ceramah dengan mengundang pendakwah atau dai ke kampungnya.