WASTRA Nusantara selalu punya cerita di baliknya. Bukan hanya soal motif, tapi usia kainnya sendiri yang bisa bertahan seabad lamanya.
Bagi sebagian masyarakat, wastra Nusantara bukan sekadar material fashion tetapi bagian dari kehidupan bermasyarakat. Hal itu juga yang terjadi dengan masyarakat di area selatan Sumatera yang saling terhubung melalui perairan dan dari sana juga lahir ide awal wastra khas daerah tersebut.
Menyadari hal tersebut, jenama Pithecanthropus coba mengulik lebih jauh soal wastra dari Sumatera Selatan lewat pameran wastra bertajuk 'Muara'. Pameran menampilkan lebih dari 50 kain dari Jambi, Palembang, Bangka, Bengkulu, dan Lambu.

Pameran juga menghadirkan perhiasan peranakan dan peralatan bersirih (tapak sirih) berbahan perak dan emas. Ini semua seperti membawa pengunjung ke masa lampau dengan sejarah di belakangnya.
"Pameran ini menampilkan koleksi eksklusif dari arsip wastra Pithecanthropus. Lewat pameran ini, kami ingin mengangkat keragaman ragam hias dan budaya yang hadir dalam lembaran wastra Sumatera Selatan yang berusia hingga sekitar 150 tahun," kata Prinka Saraswati, selaku kurator pameran 'Muara', dalam keterangan resminya, Kamis (29/12/2022).
Ada wastra apa saja di pameran ini?

Menurut Prinka, pameran ini meng-highlight keindahan 4 wastra yang bisa ditemukan di Sumatera Selatan seperti Limar, Songket Lepus, Besurek, hingga Songket Pasemah. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, ada juga koleksi perhiasan khas Sumatera Selatan di event ini.
"Jadi, wastra yang ditampilkan ini punya detail indah yang menunjukkan karakter dan komoditas alam dari setiap provinsi di selatan Sumatra. Di sekitar tepi sungai Palembang, Jambi, Lampung, Bangka, dan Bengkulu, wastra menunjukkan susunan pola dan warna dengan kecenderungan seperti emas dengan Songket Palembang, Limar Mentok Bangka, dan Tapis Sai Batin dari Lampung," paparnya.

Limar sendiri adalah perpaduan ikat dan songket dalam selembar wastra, ini dapat ditemukan dalam wastra khas Palembang. Dengan warna yang khas yaitu merah keunguan dan aksen emas yang membubuhi tiap ujungnya, limar menjadi koleksi langka yang dihadirkan dalam pameran kali ini.
Tak hanya Limar Palembang, dihadirkan pula Limar Bangka dengan ciri khas aksen biru kehijauannya.

Ada juga Songket Lepus. Dalam pameran 'Muara', para kurator memilih dua Songket Lepus yaitu kain songket yang dibubuhi benang emas pada tiap penjuru kain. Hadir juga batik Besurek untuk melengkapi rangkaian ikat dan songket khas Sumatera Selatan.
Batik Besurek ini adalah batik kaligrafi dengan sentuhan sakral huruf Arab dan Jawi. Kesakralan besurek membuat besurek hanya boleh dipakai sebagai selendang, kerudung, dan ikat kepala.
Dan yang tak kalah memesona adalah wastra Songket Pasemah atau bisa juga disebut juga Songket Besemah atau Kain Pelung. Penggunaan benang emas dan perak pada seluruh wastra menjadikan songket Pasemah bernilai tinggi.

"Mendampingi wastra-wastra bernilai tinggi ini, Baju Kurung dari Palembang dan Tepak Sirih ditampilkan untuk menunjukkan adat dan nilai-nilai penting masyarakat Melayu di bagian selatan Sumatera," tambah Prinka.
Pameran 'Muara' ini dilangsungkan di Masa Masa, Ketewel, Gianyar, Bali, mulai dari 17 Desember 2022 hingga 14 Januari 2023.
Tak hanya melihat wastra dari Sumatera Selatan, pengunjung juga bisa mengikuti workshop Silk-screen Print dengan motif-motif batik khas selatan Sumatera. Ya, pengunjung dapat mempelajari teknik sablon batik yang begitu rumit dan mendapatkan sehelai scarf multi fungsi.
Selain workshop silk-screen print, pengunjung juga dapat mengikuti workshop membuat perhiasan dari manik-manik antik di Vintage Beads Jewelry workshop yang dipimpin oleh desainer perhiasan, Soa Gozali, pada 14 Januari 2023.
(Helmi Ade Saputra)