Bersantap di street food Korea
Jalanan Korea banyak dijajahi pedagang kaki lima, mulai dari gerobak makanan sederhana hingga pojangmacha (bar tenda jalanan) dengan meja, kursi, dan bir dingin.
Anda akan selalu menemukan tteokbokki, kue kenyal dalam wajan gochujang yang pedas dan gurih, sering kali dengan irisan sundae (sosis darah), odeng (tusuk sate ikan) dimasak dalam tong berisi kaldu, yang merupakan sup seafood dan daun bawang yang menurut orang Korea dapat meredakan mabuk, dan dakkochi yakni sate ayam panggang.
Menyeruput semangkuk sup ayam ginseng
Orang Korea mempercayai pada konsep melawan panas dengan panas atau Yi yeol chi yeol. Samgyetang adalah sup ayam sangat lezat, biasanya berisi burung utuh yang diisi dengan ginseng, jujube, kacang ginkgo, dan bumbu sehat lainnya. Paling cocok dinikmati pada hari sambok (tiga hari terpanas dalam setahun).
Minum makgeolli dan makan pajeon
Saat musim hujan, minuman petani tradisional yang terbuat dari anggur beras difermentasi adalah minuman yang sangat cocok untuk dinikmati. Makgeolli jauh lebih rendah dalam alkohol, ia memiliki penampilan yang keruh dan rasa yogurt lembut.
Sedangkan pajeong, panekuk gurih yang dibuat dengan daun bawang plus kimchi atau makanan laut opsional.
Vegetarian dan vegan
Vegetarian dapat memesan bibimbap tanpa daging atau telur, tetapi dubu jjigae (sup tahu), dapat dibuat dari kaldu sapi atau makanan laut, dan beoseot deobap (jamur di atas nasi) mungkin mengandng sedikit daging babi. Bahkan kimchi sering dibuat dengan kecap ikan
Seoul memiliki banyak pilihan resto vegetarian dan vegan internasional yang bagus, tetapi untuk santapan Korea sehari-hari, satu-satunya makanan yang pasti bebas daging hanya tersaji di kuil atau restoran Buddha.
(Salman Mardira)