SAKIT kepala cluster termasuk salah satu jenis sakit atau nyeri kepala yang berulang. Sakit kepala ini dapat terjadi berminggu bahkan berbulan-bulan dengan periode tertentu.
Rasa nyeri ini dapat datang secara tiba-tiba setelah sekian lama di satu sisi kepala. Lantas, apa pengertian sakit kepala cluster? Bagaimana gejala, penyebab, faktor risiko, dan pencegahannya? Untuk memahaminya, simak rangkuman okezone, berikut ini.

Melansir dari Healthline, sakit kepala cluster adalah sakit kepala yang sangat menyakitkan yang terjadi secara periodik. Frekuensi sakit kepala ini dapat berkisar dari sekali pada satu hari hingga beberapa kali sakit kepala per hari.
Rasa sakit akibat sakit kepala cluster ini bisa sangat parah. Nyeri kepala ini sering terjadi antara masa remaja dan usia paruh baya, tetapi dapat terjadi pada usia berapa pun.
Melansir dari Medical News Today, gejala sakit kepala cluster termasuk nyeri hebat yang dimulai dengan cepat dan tanpa peringatan. Rasa sakitnya secara terus-menerus daripada berdenyut.
Rasa sakit yang ada dapat menyebabkan sensasi menusuk, tajam, atau terbakar. Sementara area rasa sakit dimulai di sekitar mata dan dapat menyebar ke bagian lain dari kepala, termasuk wajah, leher, dan bahu.
Tak hanya itu, nyeri mungkin terasa di pelipis atau pipi di satu sisi kepala. Adapun gejala lain yang muncul, antara lain:
-Merasa kegelisahan
-Terdapat kemerahan, bengkak, atau berair di mata di sisi rasa sakit
-Merasa hidung tersumbat, tersumbat, atau berair di sisi yang sama -dengan rasa sakit
-Warna kulit jadi pucat
-Wajah jadi berkeringat
-Ukuran pupil menjadi kecil
-Kelopak mata terkulai di sisi yang sama dengan rasa sakit pada -kepala
-Penyebab Sakit Kepala Cluster
Melansir dari Medical News Today, sakit kepala cluster tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Namun, penelitian berjudul Evidence-based treatments for cluster headache menunjukkan bahwa selama serangan ada lebih banyak aktivitas di hipotalamus, area otak yang mengontrol suhu tubuh, rasa lapar, dan haus.
Area otak ini melepaskan bahan kimia yang menyebabkan pembuluh darah melebar, menghasilkan aliran darah yang lebih besar ke otak. Dalam publikasi tersebut terdapat satu teori yang menyebutkan hal ini dapat menyebabkan sakit kepala. Sayangnya, teori ini sejak itu ditolak.
Meski begitu, ada teori lain terkait dengan faktor inflamasi dan neurotransmiter. Lantaran kondisi ini sangat jarang, sulit untuk menemukan ukuran sampel yang lebih besar untuk penelitian. Akan tetapi, para peneliti juga berpikir mungkin ada hubungan genetik yang berkaitan dengan penyebab kondisi tersebut.
Diketahui terdapat beberapa pemicu penyebab sakit kepala cluster, seperti alkohol, kenaikan suhu mendadak, atau berolahraga di cuaca panas. Tak hanya itu, ada juga hubungan antara sakit kepala cluster dan merokok, siklus tidur-bangun yang tidak teratur, dan alergi.
Melansir dari Healthline, konsumsi obat pencegahan menghentikan sakit kepala sebelum menyerang. Obat-obatan ini mungkin tidak 100 persen efektif, namun dapat mengurangi frekuensi sakit kepala. Obat-obatan yang bisa antara lain:
-Obat tekanan darah, seperti propranolol (Inderal) atau verapamil(Calan, Covera, Isoptin, Verelan) dapat mengendurkan pembuluh darah
-Obat steroid, seperti prednison dapat mengurangi peradangan saraf
-Obat ergotamine dapat membuat pembuluh darah tidak melebar
-Obat antidepresan
-Obat anti-kejang, seperti topiramate (Topamax) dan asam valproat
(RIN)
(Rani Hardjanti)