Untuk mengatasi hal gaib, Syekh Subakir membawa batu hitam dari Arab yang telah dirajah. Batu tersebut diletakkan dengan nama Rajah Aji Kalacakra diposisikan di tengah-tengah tanah Jawa, Puncak Gunung Tidar, Magelang. Hal ini dipercayai sebagai titik sentral atau pakunya tanah Jawa.
Di atas Gunung Tidar, terdapat tugu dengan lambang Sa (dibaca Solok) dalam bahasa Jawa di tiga sisinya. Menurut penjaga, itu berarti Sapa Salah Seleh (siapa yang salah menemukan apa yang salah). Tugu ini diyakini oleh beberapa orang sebagai pakunya tanah Jawa yang membuat tenang dan aman.
Efek dari kekuatan batu hitam menimbulkan gejolak bagi para jin dan sejenisnya. Cuaca yang cerah berubah drastis menjadi gelap seperti malam hari selama tiga hari. cuaca yang ekstrim terjadi, petir, kilat dan angin saling beradu menyebabkan hujan api.
Hawa panas muncul dari dalam batu, membuat para jin, dedemit, siluman, lelembut dan makhluk sejenisnya menyelamatkan diri, mereka semua hanyut dalam air karena tak kuat menahan panas pancaran batu hitam.
Menurut cerita penjaga Gunung Tidar, terdapat makam seluruh Kyai dan makam Sang Hyang Ismoyo (atau lebih dikenal dengan Kyai Semar). Sedangkan yang dikenal sebagai makam Syekh Subakir sebenarnya hanya tempat petilasan beliau.
Pengorbanan Syekh Subakir kini membuat beliau dikenal sebagai wali Allah yang menaklukan Jin dan makhluk halus di Gunung Tidar. Berkat beliau juga kini ajaran Islam sudah sangat meluas di Nusantara Indonesia.
(Salman Mardira)