Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Menilik Jejak Kerajaan Saung Agung di Wanayasa, Penentang Persetujuan Prabu Surawisesa dan Portugis

Asep Supiandi , Jurnalis-Sabtu, 10 September 2022 |13:03 WIB
 Menilik Jejak Kerajaan Saung Agung di Wanayasa, Penentang Persetujuan Prabu Surawisesa dan Portugis
Situ Wanayasa (dok MPI/Asep)
A
A
A

Budi juga menduga, Ratu Hyang Banaspati merupakan gelar kehormatan, mungkin karena ketinggian ilmunya, bagi seorang raja dari sebuah kerajaan yang dikelilingi oleh hutan bernama Saung Agung. Yang jelas, hutan tersebut berada di kawasan atau kaki Gunung Burangrang.

Bukan di tempat lain. Karena pada bagian lain catatannya Bujangga Manik menyebutkan, Gunung Burangrang sebagai “tanggeran” (ciri tapal batas) wilayah Saung Agung. Noorduyns mengidentifikasi, Saung Agung berada di daerah Wanayasa sekarang.

Carita Parahyangan menyebutkan, Saung Agung termasuk salah satu kerajaan wilayah yang menentang Prabu Surawisesa, penguasa Kerajaan Sunda saat itu, pengganti Prabu Jayadewata. Beberapa ahli mengidentifikasi Prabu Jawadewata ini sebagai Prabu Siliwangi.

Perlawanan Ratu Hyang Banaspati bersama 15 ratu wilayah Kerajaan Sunda lainnya, bermula dari dari ketidaksetujuannya atas upaya persetujuan yang dilakukan Prabu Jawadewata dengan Portugis. Artinya, Kerajaan Saung Agung sudah ada pada masa Prabu Jayadewata atau Prabu Siliwangi.

Memang pada akhirnya Ratu Hyang Banaspati bersama dengan ke-15 ratu kerajaan wilayah lainnya dapat ditundukkan oleh Prabu Surawisesa. Tapi itu tidak berarti bahwa pada saat itu Kerajaan Saung Agung lenyap sama sekali.

Pasalnya, setelah peristiwa tersebut didapat keterangan, bahwa Kerajaan Saung merupakan kerajaan wilayah Tatar Sunda yang terakhir ditundukkan oleh Kerajaan Cirebon, kemudian namanya diganti menjadi Wanayasa sebagai reduplikasi dari nama daerah yang terdapat di Cirebon. Penaklukan oleh Cirebon tidak semata-mata untuk menguasai apalagi menghancur-leburkan suatu kerajaan atau wilayah.

Namun juga sebagai bagian dari upaya untuk menyebarkan agama Islam. Bukan tidak mungkin pada saat itu sebagian penduduk Saung Agung sudah ada yang menganut agama Islam. Pasalnya, pada saat yang bersamaan di Sagalaherang sudah ada tokoh penyebar agama Islam dari Kerajaan Talaga, yakni Aria Wangsa Goparana. Sedangkan Kerajaan Talaga dapat ditaklukkan Cirebon serta sudah menjadi bagian wilayah Cirebon sekitar tahun 1630-an.

Diduga kuat penduduk Wanayasa yang berasal dari masa Kerajaan Saung Agung ini masih ada. Secara samar-samar jejaknya memang ada. Misalnya saja dengan adanya petilasan Batu Kasur di Cibeber (Kiarapedes), yang menurut keterangan masyarakat setempat dulunya adalah tempat pemujaan.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement