Semasa hidup, Emiria sudah mengikuti berbagai pameran lukisan dan memenangkan beberapa penghargaan. Sosok Emiria tak hanya dikenal sebagai pelukis, tapi juga pemikir revolusioner. Ya, di 1949 ia menjadi salah satu delegasi yang menghadiri Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda.
Menurut informasi yang dihimpun MNC Portal, Emiria Soenassa sebelum aktif menjadi pelukis sempat menjadi perawat dan kepala perkebunan. Dilaporkan majalah Perintis 1951, Usmar Ismail, tokoh perfilman Indonesia, menyebut Emiria sebagai perintis dan mendudukkannya sejajar dengan Chairil Anwar dan Kartini.
Bukan hanya perintis dalam seni lukis Indonesia, tetapi Emiria juga disebut sebagai juru rawat maupun kepala perkebunan pertama yang berkebangsaan Indonesia. Luar biasanya susuk Emiria Soenassa membuat Happy Salma dan tim di Monolog 'Di Tepi Sejarah' memutuskan untuk memilih sosok ini untuk diangkat di panggung pertunjukan.
(Helmi Ade Saputra)