Suatu hari, Aji Saka membutuhkan pusaka tersebut dan mengutus Dora untuk mengambilnya. Saat sampai di Pulau Majeti dan bertemu Sembada yang tengah menjaga pusaka tersebut, Dora mengutarakan niatnya.
Sembada yang memegang teguh permintaan Aji Saka pun tidak akan memberikan pusaka tersebut kepada Dora. Sementara Dora merasa benar karena diminta Aji Saka untuk mengambil pusaka tersebut.
Pada akhirnya, mereka berdua pun bertikai hingga semua meninggal.
Mengetahui hal tersebut, Aji Saka menyesali kelalaiannya dan mengungkapkannya dengan menulis sebuah kalimat:
Ha-Na-Ca-Ra-Ka (ada utusan)
Da-Ta-Sa-Wa-La (Saling berselisih pendapat)
Pa-Dha-Ja-Ya-Nya (sama-sama sakti)
Ma-Ga-Ba-Tha-Nga (sama-sama menjadi mayat).
Itulah kisah asal mula aksara Jawa.
(Salman Mardira)