Dilanjutkannya, secara filosofis, Tumpek Landep memiliki makna mengasah batin dan pikiran manusia melalui penyucian diri dan perbuatan mulia agar pikiran tetap tajam dan kuat seperti gunung atau bukit. Serta pada Tumpek Landep kita memuja Dewa Siwa sebagai Hyang Pasupati.
“Pada Rainan Tumpek Landep ini kita memuja Dewa Siwa dalam manifestasinya sebagai Hyang Pasupati untuk memohon waranugraha agar kita terus-menerus diberi kecerdasan dan keteguhan dalam menghadapi dinamika kehidupan masyarakat dalam skala lokal nasional ataupun global,” jelas dia.
Perayaan Tumpek landep dengan Upacara Jana Kerti dilaksanakan secara sekala dan niskala. Dimana secara niskala dilaksanakan persembahyangan dan upacara yadnya sebagai wujud rasa syukur atas anugerah Tuhan.
Sedangkan secara sekala dilakukan dengan memuliakan dan merawat berbagai hasil produk pikiran atau karya cipta rasa karsa manusia seperti keris tombak patung senjata mesin termasuk hasil karya teknologi digital.
“Saya kira perayaan hari suci harus kita laksanakan dengan tertib dan disiplin ke depannya, dalam menjalani kehidupan tatanan baru yang diikuti oleh perkembangan teknologi modern yang sangat cepat,” tegas Gubernur Koster.
“Teknologi boleh berkembang kehidupan boleh mengikuti perkembangan modernisasi tapi akar kehidupan kita yang berbasis kepada nilainilai kearifan lokal tidak boleh kita tinggalkan,” katanya.
(Kurniawati Hasjanah)