Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Pesona Masjid Cut Meutia, Cagar Budaya dan Wisata Religi yang Tak Pernah Sepi

Ahmad Haidir , Jurnalis-Minggu, 27 Maret 2022 |14:00 WIB
Pesona Masjid Cut Meutia, Cagar Budaya dan Wisata Religi yang Tak Pernah Sepi
Masjid Cut Meutia di Menteng, Jakarta Pusat (MPI/Ahmad Haidir)
A
A
A

BANGUNAN itu tampak seperti gedung tua 3 lantai yang dikelilingi oleh para penjual makanan yang ramai dikunjungi orang. Bila orang awam melihat sekilas dari kejauhan, mungkin tidak mengira bahwa tempat itu adalah sebuah masjid.

Memang, Masjid Cut Meutia itu tak seperti masjid pada umumnya yang memiliki kubah di bagian atas bangunan. Arsitekturnya pun lebih mengesankan sebuah gedung tua bekas perkantoran ketimbang tempat ibadah. Namun hal itulah yang justru menjadikannya sebagai Cagar Budaya.

Masjid yang terletak di kawasan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat ini punya sejarah panjang yang jauh lebih panjang dan besar daripada luas kawasannya sendiri. Pertama kali dibangun sekitar tahun 1879, bangunan itu awalnya merupakan sebuah kantor arsitek Belanda sekaligus biro pos.

 Ilustrasi

Masjid Cut Meutia (Okezone)

Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut pun silih berganti penghuni dengan satu fungsi yakni gedung perkantoran yang mulai dari kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Kantor Perusahaan Daerah Air Minum atau PDAM, hingga kantor Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).

Gedung tersebut tiba-tiba saja menjadi masjid berkat peran salah satu tokoh nasional yakni AH Nasution yang mendengar aspirasi masyarakat sekitar Kebon Sirih saat itu yang belum punya masjid. Usai gedung MPRS pindah ke Senayan, tempat tersebut lantas diperuntukkan menjadi masjid dan AH Nasution membentuk organisasi remaja masjid di tahun 1984.

Keberadaan Masjid Cut Meutia sendiri baru benar-benar diresmikan saat Gubernur Ali Sadikin mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 5184/1987 tertanggal 18 Agustus 1987. Peresmian itu membuat bangunan kantor tersebut akhirnya benar-benar menjadi masjid sekaligus cagar budaya.

 BACA JUGA: Wisata Religi Makam Syekh Al Wasil Dibuka Jelang Ramadhan, Peziarah Wajib Patuhi Aturan Ini

Setelah menjadi masjid, ditentukan arah kiblat yang dibuat miring sekitar 15 derajat dan ditambahkan barang seperti mihrab tempat imam serta peletakan mimbar khotbah tepat di tengah-tengah gedung.

Sisi kiri gedung atau dekat dengan pintu masuk mobil dijadikan toilet dan tempat wudhu wanita, sementara bagian kanan diperuntukkan untuk pria.

Selain penambahan benda hingga bangunan baru di area parkiran masjid seperti keberadaan cafe ISYEF, bangunan berusia ratusan tahun itu praktis tidak pernah diutak-atik atau mengalami perubahan drastis pada arsitektur ya. Hal itu sebagaimana penuturan salah seorang marbot atau petugas kebersihan sekaligus muadzin masjid yakni Syarif Hidayatullah.

“Tidak ada perubahan berarti, karena ini kan cagar budaya. Hanya paling kecil-kecil kayak lantai yang dulu masih beralaskan karpet, sekarang jadi keramik,” jelas pria tua ramah senyum itu kala diajak berbincang oleh Tim MNC Portal Indonesia di Masjid Cut Meutia, Sabtu 26 Maret 2022.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement