Selepas bercengkerama, putra Pak Made yakni Bli (panggilan mas untuk orang Bali) Wayan mengajakku untuk mengelilingi seluruh kampung itu.
Sepanjang jalan, sungguh terasa keasrian dan keotentikan dari Kampung Bali Bekasi. Lalu sampailah kami pada sebuah rumah dari sosok yang dianggap menjadi salah satu tetua desa, seorang pria paruh baya bernama Ketut Budiasa.
Penampilannya bersahaja, namun Ketut ini bukan sosok sembarangan. Ia merupakan salah seorang seniman kawakan Bali yang juga menjadi sosok pengajar di salah satu Universitas Swasta ternama di Jabodetabek.
Beliau paham betul tentang makna 'Sapta Pesona', yang merupakan sebuah nilai-nilai filosofis masyarakat Bali tentang menjalani kehidupan dan lantas diadopsi menjadi salah satu satu tagline Pariwisata Indonesia.
Diam-diam, Pak Ketut juga merupakan salah seorang penabuh Rindik, alat musik tradisional khas Bali dengan kemampuan yang sangat jarang yakni memainkannya dengan tiga tongkat pemukul sekaligus. Ia pun memamerkan keahlian itu di hadapan Tim MNC Portal Indonesia.
“Biasanya rindik itu pakai dua tongkat ya, ini saya tiga tongkat sekaligus. Esensinya beda pun tingkat kesulitannya," terangnya seraya tersenyum.
Puas berbincang dengan Pak Ketut, tak terasa sore telah berganti malam. Setelah beristirahat sejenak, kami langsung melanjutkan perjalanan terakhir yaitu mengunjungi sanggar 'Nyalian Mas', sebuah tempat belajar kesenian tari dan musik Bali satu-satunya di wilayah Bekasi Utara yang terdapat di Kampung Bali Bekasi.