Namun, yang lain menjalani kehidupan sehari-hari mereka tanpa menunjukkan kehadiran mereka di masyarakat. Praktik ini lebih umum pada tahun 1990-an ketika Jepang mengalami kesulitan ekonomi, tetapi masih terjadi sampai sekarang.
Johatsu sendiri tidak dapat dilacak karena undang-undang privasi Jepang yang tidak dapat ditembus. Tidak seperti negara lain, polisi hanya dapat mengakses catatan publik dalam kasus kriminal, sementara sebagian besar kasus di Johatsu adalah kasus perdata.
Polisi tidak berdaya untuk membantu dalam kasus Johatsu, keluarga beralih ke detektif swasta, bahkan usaha mereka tidak membuahkan hasil.
Organisasi seperti Asosiasi Dukungan Pencarian Orang Hilang Jepang bermunculan untuk membantu pencarian orang hilang, tetapi sebagian besar kasus berakhir dengan jalan buntu.
(Salman Mardira)