Apabila hewan ternak itu tinggal di dalam ruang, urine dan feses kerap bercampur, menghasilkan amonia, gas yang menyebabkan hujan asam. Jika sapi itu hidup di luar ruangan, ini menimbulkan masalah lainnya.
"Sewaktu ternak tinggal di luar ruangan, urea dapat berubah menjadi nitrat di dalam tanah dan kemudian hanyut dan menimbulkan polusi saluran air, menyebabkan berbagai masalah di saluran air. Dan juga, kalau konsentrasi nitrat terlalu tinggi, ini menyebabkan blue babies (red. - kondisi keracunan nitrat pada bayi yang menyebabkan kulit membiru) dan berbagai macam hal lainnya,” kata Matthews.
“Jadi, ini masalah nitrat langsung di dalam tanah. Kemudian nitrat diubah menjadi nitro oksida, yang 300 kali lebih kuat daripada karbon dioksida.”
Pada tahun 2019, nitro oksida merupakan tujuh persen dari seluruh gas rumah kaca di AS, menurut Badan Perlindungan Lingkungan Hidup AS.
Tetapi masalah lingkungan terbesar bagi hewan ternak adalah gas metana yang mereka keluarkan dalam bentuk sendawa dan buang angin, sumber pemanasan global yang signifikan.
Eksperimen tadi menunjukkan betapa mudah untuk melakukan toilet training hewan-hewan lain dan betapa cerdasnya sapi, kata Matthews. Ia memperkirakan teknik yang sama dapat digunakan untuk domba, babi dan hewan ternak lainnya.
(Salman Mardira)