Meskipun tanpa sinar matahari atau tanah, tanaman palawija juga bisa tumbuh. Seperti di sebuah fasilitas di distrik di Kopenhagen, Denmark. Sekitar 28 ribu lampu LED dipasang untuk memberikan panas dan cahaya yang diperlukan untuk menanam selada, rempah-rempah dan kale.
Di tempat yang dikelola Nordic Harvest, itu, hasil panennya bisa mencapai 250 kali lebih banyak dibandingkan dengan produksi di areal pertanian tradisional dengan luas yang sama.
CEO perusahaan itu, Anders Riemann mengatakan, panen bisa berlangsung 15 kali dalam setahun di fasilitas itu.
Di fasilitas berteknologi tinggi ini, robot-robot kecil menebarkan benih dari lorong ke lorong dan petani menggunakan lift saat memanen.
Tentu saja masa depan pertanian tidak punya solusi yang cocok diterapkan di semua tempat. Pertanian berteknologi tinggi di Denmark itu memerlukan begitu banyak energi dan lebih cocok untuk tempat bersuhu lebih sejuk.

Jauh dari kesejukan itu, kota di Arab Saudi ini berharap dapat menciptakan oasis di tengah-tengah gurun. Proyek “Riyadh Hijau” berencana menanam 7,5 juta pohon dan membuat 3.000 taman kota pada tahun 2030.
Abdelaziz Al-Moqbel, direktur proyek Riyadh Hijau, mengatakan, "Dampak langsung proyek Riyadh Hijau adalah ini akan membantu menurunkan suhu normal satu atau dua derajat Celsius.”
Sebagian besar pohon yang ditanam dalam proyek ini adalah akasia, yang dapat bertahan di tengah iklim panas kering.
Abdelaziz menjelaskan, proyek itu akan meningkatkan kualitas hidup yang pada akhirnya memperbaiki lingkungan perkotaan serta mengurangi polusi udara dan debu, sekaligus meningkatkan interaksi sosial antar warga yang pada akhirnya akan meningkatkan kesehatan mereka.
Proyek penghijauan ini akan menelan biaya 11 miliar dolar dan menggunakan satu juta meter kubik air untuk penyiraman setiap hari. Air yang digunakan itu akan didaur ulang melalui jaringan irigasi bawah tanah.
(Salman Mardira)