Selain itu kain jumputan yang ditenun tak hanya dijual dalam helaian saja. Tapi juga dijadikan pakaian seperti tunik, blazer, masker hingga mukena yang terbuat dari kain jumputan asli Palembang.
Menurut Angel, pandemi saat ini lebih berat dibanding tahun lalu. Sehingga para pengrajin kain jumputan harus ekstra lebih semangat, dan jangan sampai terpuruk dalam keadaan.
Jumputan Palembang sendiri adalah kain khas Nusantara, di mana kelestariannya harus dijaga keaslian dan kelestariannya. Maka saat pandemi para pengrajin tetap berusaha, agar kain-kain hasil tenunannya tetap terjual.
"Intinya kita jangan menyerah sama keadaan. Apa yang bisa kita buat ya kita buat aja, enggak usah lihat orang lain meski jalannya tertatih. Jangan terpuruk dengan keadaan," pungkasnya.
(Rizka Diputra)