ISRA Mikraj merupakan peristiwa besar dan sangat penting dalam Islam. Adalah perjalanan semalam oleh Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lalu naik ke Sidratulmuntaha di langit ketujuh, bertemu dengan Allah SWT dan mendapatkan perintah salat 5 waktu.
Isra Mikraj terjadi pada malam 27 Rajab. Di Indonesia, tanggal ini jadi hari libur nasional, untuk mengenang peristiwa tersebut. Masyakarat Muslim di Tanah Air memperingati Isra Mikraj dengan berbagai tradisi dan budaya.
Baca juga: Masjid Sultan Suriansyah, Jejak Sejarah Islam di Tanah Banjar
Berikut 5 tradisi pada momen Isra Miraj di Indonesia yang dirangkum Okezone dari berbagai sumber :
1. Khatam Kitab Arjo, Temanggung, Jawa Tengah
Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat di Desa Wonoboyo, Temanggung, Jawa Tengah. Meski hanya diikuti oleh masyarakat desa saja, tradisi perayaan Isra Miraj ini berlangsung sangat khusyuk.
Acara dimulai sekitar pukul 20.00 dan dibuka dengan pembacaan tahlil singkat. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pembacaan kitab Arja atau Arjo, kitab berbahasa Jawa tulisan Arab pegon karangan KH Ahmad Rifai al-Jawi yang membabarkan secara detil kisah Isra' Mi'raj Nabi Muhammad.
Mengutip NU Online, kitab tersebut dibacakan oleh dua orang kiai Desa Wonoboyo sendiri secara bergantian. Saat dibacakan, jamaah lainnya menyimak dan mendengarkan dengan seksama.
Seperti halnya kitab dan buku pada umumnya yang membahas Isra’ dan Mi‘raj, dalam kitab Arja ini setelah menyatakan pujian kepada Allah dan shalawat atas Nabi Muhammad.
2. Yasa Peksi Buraq
Perayaan Isra Miraj ini adalah tradisi yang sudah berlangsung selama puluhan tahun di kota Yogyakarta. Nama perayaan terinspirasi dari Buraq, nama burung yang dikendarai oleh Nabi Muhammad saat melakukan perjalanan.
Dikutip dari Kraton Jogja, Peksi Burak dilaksanakan sejak pagi hari dan dilaksanakan oleh para kerabat dan Abdi Dalem puteri. Permaisuri ataupun putri sulung sultan akan memimpin jalannya Yasa Peksi Burak.
Pekerjaan membuat Peksi Burak , miniatur pohon buah-buahan, merangkai bunga melati, dan kantil hanya boleh dilakukan oleh para kerabat dekat sultan (isteri pangeran, Wayah Dalem/cucu, dan Sentana Dalem/kerabat).
Baca juga: Fakta-Fakta Menarik Masjid Pink, Destinasi Wisata Religi Terbaik
Sedangkan pembuatan pohon bunga atau taman bunga dilakukan oleh para Abdi Dalem Keparak (Abdi Dalem wanita). Proses ini diselenggarakan hingga menjelang waktu shalat Dhuhur di Bangsal Sekar Kedhaton, yang berada di wilayah keputren.
Selepas shalat Asar, Peksi Burak yang telah selesai dirangkai akan diarak menuju Masjid Gedhe. Masjid Gede Kauman. Setelah itu gunungan tersebut akan dibagikan kepada jemaah masjid setelah pengajian.