Pada siang harinya ia dengan senang hari melakukan pengiriman barang ke Amazon. Namun, perusahaan tersebut membatasi waktu maksimal 15 jam per minggu dengan dibayar 14 Euro atau sekira Rp235 ribu per jam.
Kemudian, seorang teman memintanya untuk bergabung dengannya sebagai pekerja konstruksi paruh waktu. Patrick melakukannya pada shift malam untuk sebuah pabrik. Mulai dari membangun tembok, mengecat, hingga memasang air, listrik, dan pendingin ruangan.
“Saya akan terus melakukan apapun yang perlu saya lakukan sampai saya bisa mulai terbang lagi dan saya menantikan hari itu,” tegas Patrick.
Baca Juga: Menegangkan! Begini Momen Pesawat Kapten Edward Limbong Batal Landing
Ayah dari dua anak itu tetap mensyukuri keadaannya saat ini bisa bertemu dengan keluarga kecilnya tanpa harus melalui aplikasi Face Time. Dia pun mengakui pasti ada hikmah di balik masa sulit yang sedang dijalaninya sekarang.
“Mungkin ini memang takdir untuk berada di sini bersama keluarga saya selama ini, mendukung istri dan melihat putri saya tumbuh,” pangkasnya.
Patrick mengesampingkan gengsinya bekerja sebagai seorang kurir ekspedisi dan kuli bangunan. Meskipun tidak pernah berpengalaman dalam bidang tersebut, Patrick mengatakan bahwa ia beradaptasi dengan cepat.
(Dewi Kurniasari)