BUKAN baju kasual atau rok cantik yang bikin penampilan Rahmi Hidayati feminim. Dia malah pilih kebaya modis saat pergi kemana saja, meski cuma ke pasar lho!
Rahmi Hidayati sengaja ingin melestarikan kebaya dengan menggunakan busana tersebut sehari-hari. Tak canggung, setiap keluar rumah selalu tampil modis dengan padu-padan kebaya.
Saking senangnya koleksi kain batik dan kebaya sejak lama, tak terasa koleksinya sampai penuh tiga lemari. Dia bahkan membuat inovasi kebaya dari bahan kaus agar nyaman dipakai kemana saja.
"Banyak perempuan merasa ribet kalau pakai kebaya, tapi kalau saya tidak berpikir seperti itu. Kemana-mana, saya coba pakai kebaya, seperti pergi ke pasar sampai naik gunung," ujar Rahmi saat berbincang dengan Okezone.
Rahmi dengan saudaranya, membuat kebaya kaus yang nyaman dipakai kemana-mana. Modelnya juga simpel, warnanya eye catching, sehingga orang jadi tak enggan pakai kebaya kemana saja.
Menurutnya, perempuan akan lebih terkesan cantik saat pakai kebaya. Kemanapun pergi juga pantas pakai kebaya, walaupun tak lagi kondangan atau menghadiri acara formal.
Sehingga, perempuan 51 tahun itu jadi rajin pakai kebaya di sela aktivitasnya. Uniknya, pas lagi naik gunung, Rahmi pilih outfit kebaya yang nyaman serta sepatu gunung andalannya.
Inspirasinya itu datang saat dia melihat kaum perempuan di Gunung Rinjani, akan sembayang di puncak, dengan memakai kebaya cantik. Dari itu, Rahmi juga mulai tergoda pakai kebaya saat naik gunung.
"Akhirnya saya mulai pakai kebaya rutin pas naik gunung tahun 2015. Sebelum naik gunung enggak kebayaan, lalu membiasakan diri setiap hari ke mana-mana naik gunung. Tidak repot kok pakai kebaya itu, tinggal disesuaikan modelnya, enggak perlu pakem," kata Rahmi.
Karena senang berkebaya, tahun 2014 Rahmi bersama empat temannya mendirikan Komunitas Perempuan Berkebaya. Banyak acara besar yang melibatkan perempuan memakai kebaya, sampai bisa pecahkan Rekor MURI.
"Kita pernah ajak 1.000 perempuan berkebaya, yang datang ternyata lebih. Pernah juga undang 5.000 perempuan pakai kebaya, ternyata yang datang 12.000 perempuan, tercatat Rekor MURI. Sebenarnya banyak yang dukung, tapi kurang membiasakan diri saja para perempuan ini," ucapnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)