Dia menuturkan, penyusunan regulasi penting dilakukan untuk membuat satu jejaring yang kuat terkait layanan kesehatan pariwisata. Dengan begitu, berbagai layanan kesehatan yang berhubungan dengan kepariwisataan harus dipastikan dasar hukumnya. “Sedang disusun regulasinya tahun ini. Nantinya mereka akan menjadi satu sistem layanan yang baik, termasuk layanan informasi dan marketting,” ujar dr Gede.
Upaya lain untuk memaksimalkan penyelenggaraan health tourism adalah dengan memaksimalkan fungsi rumah sakit. RSUD Bali Mandara yang sedang menargetkan akreditasi internasional itu konsen juga pada health tourism. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya mengatakan, pelayanan kesehatan tradisional di Bali, seperti spa, adalah layanan spa terbaik di Asia.
Pihaknya tengah mempersiapkan pula layanan dasar di puskesmas di wilayah wisata. “Ini semua memerlukan waktu, kami harapkan masyarakat juga berperan dalam pelaksanaan regulasi ini,” ucap dr Ketut. Menanggapi beberapa program dan pengembangan kesehatan di Provinsi Bali, Menteri Kesehatan RI Prof Nila F Moeloek mengapresiasi langkah yang telah dibuat, terutama angka stunting yang sudah semakin baik, walau harus terus mendapat perhatian dan perbaikan.
“Terutama beberapa penyakit yang masih bertahan di tengah masyarakat Bali, seperti rabies. Ternyata masyarakat Bali tetap mencintai anjing, tapi lebih mencintai manusia sehingga berusaha menyehatkan manusia bebas dari rabies. Selamat untuk Bali,” ujar Prof Nila. Menurutnya, jika kita sehat, pandai, dan sejahtera, masyarakat akan produktif. Sebaliknya kalau masyarakat sakit, akan menjadi lemah dan tidak berdaya. Prof Nila juga mengajak semua pihak bersinergi membangun kesehatan yang berorientasi kepada masyarakat.