TIDAK disangkal, perempuan memang sering menghadapi tantangan. Terutama dalam menjalankan peran ganda di rumah dan di tempat kerja.
Walaupun di zaman modern seperti sekarang, perubahan budaya dan teknologi telah menawarkan peluang bagi perempuan untuk mengejar impian dan menggali potensi. Namun bukan berarti tantangan atau halangan semerta-merta menjadi hilang.
BACA JUGA : Curiga Anak Anda Kena Bully di Sekolah? Laporkan Saja ke Sini
Salah satu yang dihadapi perempuan sebagai tantangan adalah stigma sosial, kita pasti pernah mendengar ungkapan yang menyebutkan sebetulnya musuh terbesar perempuan adalah sesama perempuan itu sendiri. Lalu benarkah demikian? Untuk membahas ini, maka Okezone pun mencoba bertanya kepada Tunggal Prawestri, selaku Gender Specialist.
“Soal pernyataan yang berbunyi kalau musuh terbesar perempuan adalah perempuan adalah perempuan, saya enggak terlalu sepakat ya. Menurut saya musuh terbesar perempuan adalah tetap pandangan konservatif, yang menyebutkan misalnya perempuan itu harusnya di rumah, harus tidak memasuki ruang-ruang publik. Kita dibesarkan dengan kultur semacam itu, perempuan jangan terlalu agresif, jangan terlalu bekerja bukan sebagai penghasil utama,” ungkap Tunggal saat ditemui Okezone, Jumat (12/4/2019) dalam acara “ Media Gathering Shopee Dari Kami #UntukPerempuan” di Kuningan, Jakarta Selatan.
Lebih lanjut Tunggal menjelaskan, dengan adanya stigma sosial konservatif seperti yang disebutkan di atas maka akhirnya bertambahlah tantangan yang dihadapi kaum perempuan karena pemikiran kuno tersebut bisa memicu statement negatif terhadap perempuan.