2. Gejala autis berbeda-beda
Gejala gangguan spektrum autisme pada tiap orang berbeda-beda, ada yang gejalanya parah dan ada yang tidak. Gejala autisme umumnya menyerang kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi sosial.
Tak jarang, ia lebih sering menyendiri dibanding harus main dengan teman-teman sebayanya. Anak-anak dengan gangguan spektrum autisme juga memiliki gejala yang suka mengulang beberapa gerakan dan perilaku, menghindari kontak mata alwan bicara, atau bahkan terobsesi dengan mainan tertentu.
Gejala pada fakta tentang autis ini bisa diperhatikan orangtua. Antara lain bila anak Anda mengalami perilaku sensitif terhadap suara, tidak menanggapi ucapan Anda, atau tidak tertarik terhadap suatu objek yang memang menarik.
3. Lebih banyak anak laki-laki yang mengidap autis
Fakta tentang autis yang ketiga ini menemukan bahwa lebih banyak anak laki-laki yang memiliki gangguan spektrum autisme dibanding anak perempuan. Lalu, ditemukan mitos bahwa anak laki-laki dari ras kulit putih lah yang lebih sering mengidap autisme. Namun itu belum terbukti benar. Semua ras, suku dan usia bisa mengidap gangguan spektrum autisme.
Baca Juga : Atasi Kanker, Lemon Lebih Ampuh dari Kemoterapi, Ini Penjelasannya
4. Vaksin atau imunisasi tidak akan menyebabkan autisme
Banyak mitos lagi yang beredar bahwa autisme disebabkan mendapatkan suntik vaksin atau imunisasi. Namun sayang, hal itu tidak benar. Thimerosal adalah bahan vaksin lain yang pernah meningkatkan risiko autisme.
Pada akhirnya, penelitian tentang bahan vaksin ini dianggap cacat atau tidak valid. Maka tidak ditemukan bukti pasti antara vaksin dan autisme saling berkaitan. Bahkan, penelitian lanjutan lainnya secara konsisten malah menemukan vaksin untuk aman untuk kesehatan anak, dan tidak ada hubungannya dengan autisme.
(Muhammad Saifullah )