Lebih lanjut, Riko menjelaskan, selain menghibur dengan tarian, para penari juga memberikan sumbangan tapi tidak diketahui oleh pihak keluarga. Nah, yang hendak dikedepankan dalam festival ini adalah budaya dan seni tari dalam bukung itu sendiri.
“Musik dan tariannya yang akan dilestarikan. Pada 2015 lalu, kami sudah memecahkan rekor MURI dengan menampilkan lebih dari 1000 bukung (penari topeng). Tahun ini kami akan menampilkan kejutan lain,” ungkap Riko.
Nah, keistimewaan Festival Babukung dengan festival atau ritual kematian lainnya juga terletak pada rangkaian acara. Ada kegiatan-kegiatan lain yang akan diselenggarakan Pemerintah Daerah Lamandau selama acara berlangsung. Mulai dari karnaval topeng, bukung big sale, workshop pembuatan bukung, hingga lomba photography.
“Itu lah yang membedakan dengan kegiatan-kegiatan di daerah lain. Tahun ini, Festival Babukung rencananya akan dilangsungkan selama tiga hari pada 17, 18, dan 18 Juli mendatang. Harapannya bisa menggaet lebih banyak lagi wisatawan nusantara maupun mancanegara,” tutupnya.
(Helmi Ade Saputra)