Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Mengintip Ritual Kematian Suku Dayak dalam Festival Babukung 2019

Dimas Andhika Fikri , Jurnalis-Senin, 18 Maret 2019 |23:00 WIB
Mengintip Ritual Kematian Suku Dayak dalam Festival Babukung 2019
Ritual kematian Suku Dayak (Foto: @infokalteng/Instagram)
A
A
A

(Foto: @infokalteng/Instagram)

Festival tersebut berawal dari Babukung atau sejenis tarian ritual adat kematian Suku Dayak Tomun di Lamandau. Tarian ini menggunakan topeng dengan karakter hewan tertentu yang disebut Luha, sedangkan para penari disebut Bukung.

Bukung-bukung ini datang dari desa tetangga atau kelompok masyarakat dengan tujuan menghibur keluarga duka sembari menyerahkan bantuan. Melihat keunikan dan keeksotisan Babukung, Pemerintah Kabupaten Lamandau mengangkatnya menjadi salah satu agenda rutin festival budaya.

“Babukung erat kaitannya dengan ritual kematian, terutama bagi warga dayak. Biasanya dilaksanakan pada saat ada orang yang meninggal. Mereka datang menggunakan topeng atau luha, lalu menggunakan pakaian khusus, sehingga tidak ada yang mengenalinya,” tutur Riko Purwanto, S.STP selaku Wakil Bupati Lamandau, saat ditemui Okezone dalam konferensi pers Festival Budaya Isan Mulang 2019 dan Festival Babukung 2019, di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Senin (18/3/2019).

ritual kematian suku dayak

(Foto: @dana_za303/Instagram)

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement