"Masalah yang lebih serius bisa terjadi cacat menetap seperti jari bengkok, memendek atau terputus, kelumpuhan tangan dan kaki, kelopak mata tidak menutup (lagoftalmos), dan kebutaan," ungkap dr Sri saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Dia menegaskan bahwa Indonesia menjadi penyumbang kusta ke-3 di dunia. Banyak penderita yang mengabaikan penyakit ini karena cuma dianggap seperti panu, kurap, dan kaligata.
Baca Juga: Terancam Dimangsa, Bayi Gajah Hajar Singa Betina hingga Tewas
Sementara itu, sambung dr Sri, biar tak timbul komplikasi itu, sang penderita diberikan multi drug treatment (MDT) yang tersedia gratis di puskesmas dan beberapa rumah sakit. Lama pengobatan 6 bulan untuk tipe PB (pausibasiler), dan 12 bulan untuk tipe MB (multibasiler).
"Kalau pengobatannya rutin, kusta tidak identik dengan cacat. Makanya temukan tanda dan gejala dini kusta, hilangkan stigma dan diskriminasi," pungkas dia.
(Utami Evi Riyani)