Satu tangkai bunga aren hasilkan 50 liter air nira
Pohon aren milik Sopiyanto, sudah banyak berbuah. Sehingga dia bisa mengelola bunga mayang (bahasa Rejang) atau bunga aren menjadi air nira, selanjutnya menjadi gula merah. Bunga aren bisa dikelola menjadi air nira, berusia dua hingga tiga bulan. Bunga aren tersebut sudah tampak menghitam.
Di umur tiga bulan, bunga aren mulai dipukul di bagian pangkal dan tangkai bunga. Pemukulan itu dilakukan selama lima minggu, dengan jarak sekira 15 hari per minggu. Pemukulan tangkai dan pangkal bunga pun musti menggunakan kayu khusus yaitu dari pohon buah-buahan yang dibuat sedemikian rupa, layaknya pemukul pentungan.
Oleh masyarakat setempat, pemukul itu diberi nama tono'a. Setelah proses pemukulan tangkai bunga aren selama 5 minggu, bunga aren kemudian diperam terlebih dahulu, selama 15 hari hingga 30 hari. Di usia itu bunga akan menjadi mengkilat atau bunga sudah berkembang.
Selanjutnya, tangkai bunga dipotong atau diiris pada pagi hari dengan dilapisi kain. Kemudian, pada sore hari tangkai yang diiris tersebut dicek apakah air yang dikeluarkan sudah normal atau belum. Jika sudah normal maka tangkai tersebut sudah bisa di tampung.
Baca Juga: Makan Siang dengan Sajian Sambal Cumi Ijo dan Gulai Pakis, Lezatnya Paripurna!
Namun, tangkai bunga aren bisa saja tidak menghasikan air banyak. Kondisi tersebut dipengaruhi curah hujan dan angin, sehingga air tidak dapat keluar dari tangkai bunga. Pemukulan tangkai bunga aren tidak lain untuk melembutkan batang tangkai. Namun, jika tangkai tidak dipukul maka air tidak akan mengeluarkan air.
"Satu tangkai bisa menghasilkan air selama empat bulan. Saat memasuki bulan kedua air mulai berkurang. Satu tangkai bisa menghasilkan 50 liter air nira," jelas Sopiyanto.