Dibangunnya bendungan sungai, serta degradasi lingkungan dan penangkapan ikan yang berlebihan, secara tidak langsung memengaruhi populasi bayi belut ini. Maka tak heran jika harga angulas kini melambung tinggi dibandingkan beberapa dekade lalu.
Makanan ini mungkin tidak menyuguhkan sensasi kelezatan seperti olahan churros, tortilla, atau gazpacho. Namun sebagian orang tetap membeli makanan tersebut untuk menunjukkan status sosial. Mereka seolah puas menikmati makanan hambar ini di mana kebanyakan orang tidak mampu membelinya.
“Saya tidak akan mengeluarkan banyak uang untuk membeli makanan ini (angulas). Mereka tidak memiliki rasa, warna, bahkan tidak memiliki aroma sama sekali. Tetapi kami memiliki dua orang pelanggan setia yang selalu memesan setengah kilo angulas (Rp8,7 juta),” tutur Rodrigo Garcia Foseca, kepala koki Basque, salah satu restoran kenamaan di Madrid.
Nah, jika Anda berpikir harga Angulas terlalu mahal, Anda mungkin akan terkejut mendengar pengalaman Rodrigo pada tahun 2016 lalu. Menurut pengakuannya, kedua pelanggan tersebut ternyata sempat membeli 1 kg belut berukuran besar yang dibanderol seharga Rp96 juta.
“Ini adalah strategi pemasaran yang baik untuk restoran saya, serta merupakan sebuah penghargaan tersendiri bagi para nelayan,” kata Jose Gonzalo Hevia.