“Anak itu menderita gangguan intelektual, dan kami sengaja membubuhkan tato nomor telefon rumah dengan pertimbangan tersebut,” ujar perempuan yang namanya dirahasiakan itu.
(Baca Juga:Jadi Ibu Bahagia Itu Sangat Mudah, Psikolog: Hanya Butuh Satu Hal Ini!)
Opsir Yang mengatakan, meski maksud si ibu baik, keputusan tersebut tetap tidak masuk akal. Ia menyarankan agar keluarga yang punya situasi serupa untuk segera mendaftarkan sidik jari kerabatnya ke kepolisian atau memakaikan semacam gelang berisi informasi pribadi daripada harus mengukir anggota tubuh dengan tato.
Kisah si bocah tersebut menjadi viral di media sosial dan mendapat beragam tanggapan. Beberapa pengguna mengatakan, meski orangtua khawatir, tato tersebut sebenarnya tidak diperlukan. Pengguna lain juga menuduh tindakan tersebut ekstrem. Akan tetapi, ada juga yang mendukung dengan mengatakan bahwa cara tersebut merupakan pilihan terakhir yang paling realistis.
(Utami Evi Riyani)