Penerapan warna putih dan trim hanya satu sentimeter ini pun, berlaku juga untuk aksesori pendukung yang dipakai. Mulai dari topi, headbands, bandana, wristbands, hingga sepatu yang mana bagian alas sol nya juga tidak berwarna. Tidak berhenti sampai situ, begitupun undergarments alias dalaman yang kemungkinan bisa tersingkap terlihat juga harus senada dengan outfit serba putih ini.
Lalu, sejauh ini apakah ada pemain tenis yang melanggar peraturan berbusana serba putih di Wimbledon? Jawabannya, tentu saja ada. Dari masa ke masa, sederet pemain telah mencoba mendobrak peraturan berbusana di Wimbledon yang hasilnya malah membuat klub mengeluarkan respon dengan memperketat peraturan yang ada. Bahkan, tahukah Anda baha Andre Agassi sejak 1988-1990 disebutkan pernah menolak untuk berpartisipasi di Wimbledon, karena ia pribadi senang mengenakan outfit berwarna terang.
Sedangkan pada 2013, Roger Federer sempat dihukum oleh klub setelah mengenakan sepasang sepatu dengan alas sol berwarna oranye terang, Roger pada 2014 sempat mengungkapkan bahwa peraturan busana serba putih tersebut, menurutnya adalah peraturan yang terlalu ketat. Tidak hanya Andre dan Roger, sosok petenis lainnya seperti Gussie Moran, Serena Williams, Venus Williams juga diketahui sempat melanggar soal dress code ‘all whites’ ini, mulai dari mengenakan dalaman aksen renda, undershort berwarna terang, sampai memakai sport bra warna pink.
Namun sebetulnya, mengapa dress code warna putih ini begitu ketat diterapkan? Seperti sempat disinggung sebelumnya di atas, sejarah soal busana berwarna serba putih untuk berolahraga ini, menelaah ke belakang ke era 1870’an yakni era Victorian yang segalanya harus tepat. Seperti yang dijelaskan Meredith Richards, pustakawan di Hall of Fame Tenis Internasional, menyebutkan sebetulnya adalah sesuatu yang dianggap tidak pantas jika berkeringat. Nah, secara teknis, pakaian berwarna putih semestinya memang membuat pemakaianya bisa lebih bernafas dan tidak terlalu panas dibandingkan jika memakai busana berwarna lain, sehingga akhirnya memungkinkan para atlet lebih sedikit berkeringat dan jika berkeringat, jejaknya akan keringatnya pun tidak akan terlalu terlihat jelas. Hingga akhirnya tradisi ini tetap dijalankan oleh banyak klub tenis termasuk Wimbledon hingga sekarang.
(Renny Sundayani)