PREVALENSI penyakit liver atau hati di Indonesia terbilang cukup tinggi. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, jumlah pasien penyakit hati kronis mencapai 20 juta jiwa di mana 20-40% di antaranya berpeluang mengembangkan penyakit menjadi sirosis hati. Kondisi ini tentu membuat fungsi hati mengalami gangguan.
Penyebab penyakit hati bisa bermacam-macam, salah satunya karena virus hepatitis. Apabila hati yang sehat terinfeksi virus maka kondisinya bisa menjadi kronis. Bila dibiarkan bisa menjadi fibrosis hati yang kemudian berlanjut ke sirosis. Progres pengembangan itu memang bisa sangat lama yaitu 20-25 tahun. Namun sayangnya, penyakit ini cenderung sulit dan tidak terdeteksi karena tidak ada gejala. Bila sudah ada gejala maka sebenarnya penyakit sudah parah.
Bila pasien sudah mengalami sirosis hati, maka pengobatan yang harus dilakukan adalah transplantasi hati. Transplantasi hati adalah terapi utama pada pasien yang sudah mengalami gagal hati. Hal itu dilakukan guna mencegah kondisi menjadi lebih parah dan mengarah ke kanker hati. Namun tentu hal ini tidak bisa sembarangan dilakukan.
(Baca Juga: 6 Kesalahaan yang Sering Dilakukan saat Mandi, Efeknya Bisa Jadi Penyakit?)
Ada dua cara untuk melakukan transplantasi hati yaitu donor organ dari orang yang sudah meninggal dan donor hidup. Saat ini, transplantasi yang sedang dikembangkan di Indonesia khususnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat adalah transplantasi dari donor hidup meskipun tingkat kerumitannya lebih tinggi.
Cara ini sudah diterapkan sejak tahun 2010. Hingga kini jumlah pasien yang sudah menjalani transplantasi hati dari donor hidup sebanyak 41 pasien anak dan 6 pasien dewasa. Angka keberhasilan bertahan hidup dari metode ini adalah 87% yang tidak terlalu jauh bila dibandingkan dengan Korea yaitu 89%.