 
                Lebih lanjut, untuk memeriahkan Festival Teluk Jailolo di hari ketiga ini, tradisi sigofihohu atau jowodiodo dalam bahasa daerah Loloda, digelar agar melestarikan kembali tradisi ke masyarakat dan mengenalkannya pada pengunjung yang datang.
"Prosesi sigofihohu yang hampir punah ini, memiliki beberapa kelengkapan sebagai simbol dan makna tersendiri, yaitu air sebagai sumber kehidupan dasar manusia, rumput kano-kano sebagai simbol saling berharap, rumput cinga sebagai simbol saling ingat satu sama lain, daun pisang atau piring wadah air sebagai tanda mengingatkan pesan moral hakikat manusia," imbuhnya.
Ritual yang berlangsung cukup khidmat tersebut diiringi pula dengan musik tradisional Jailolo, berupa gong atau lianga, dan melantunkan dolabololo atau syair sastra lisan, yang membuat anak-anak perempuan dan ibunya terharu. Sigofihohu diikuti oleh anak-anak perempuan setingkat SD dan SMP bersama dengan ibunya.
Ketika mengikuti ritual, ibu memakai pakaian adat atau kebaya, sementara anak perempuannya harus memegang wadah berisi air yang nantinya akan dipakai untuk mencuci kaki ibu. Anak perempuan berlutut dengan rambut tergerai, sementara ibunya duduk di kursi.