 
                PANJAT tebing kini bukan lagi kegiatan yang hanya bisa dilakukan profesional atau penggiat kegiatan luar ruangan. Di tebing Gunung Parang, Purwakarta, masyarakat umum kini bisa melakukan wisata panjat tebing dengan aman melalui via ferrata.
Dari namanya, via ferrata berasal dari bahasa Italia yang masing-masing berarti jalan dan besi. Batang besi ditanam ke dalam tebing batu dibuat agar dengan mudah dipegang untuk memanjat tebing. Nama Via ferrata diambil karena sering dikaitkan dengan sejarah Perang Dunia oleh pasukan Italia.
"Dulu via ferrata asalnya dari Italia. Jadi pada masa perang dunia dulu pasukan Italia harus bertempur melalui pegunungan Dolomites. Mereka membangun via ferrata untuk memudahkan perpindahan pasukan," kata Heri Hermanu, senior panjat tebing Indonesia yang menjadi salah satu penggagas Perguruan Memanjat Tebing Indonesia, Skygers, di tahun 70-an.
Menurut sejarah, via ferrata mendapat kepopulerannya sebagai daya tarik wisata dimulai di pegunungan Alpine pada tahun 1990an dan 2000an. Komunitas lokal, imigran pegunungan, perusahaan kereta gantung, sampai penggemar kegiatan luar ruangan berbondong-bondong membangun jalur memanjat dengan via ferrata.
Di Indonesia sendiri, Gunung Parang di Purwakarta, Jawa Barat, menjadi lokasi gunung yang pertama kali dipasangkan jalur via ferrata. Menurut Heri, gunung yang terdiri dari bebatuan vertikal tersebut sudah mulai ramai didaki peminat panjat tebing pada tahun 80-an. Namun, baru pada 2015 lalu, jalur via ferrata dibuatkan.
Hingga saat ini, sudah ada empat operator yang mengelola jalur via ferrata di Gunung Parang. Mereka adalah Badega Parang milik warga lokal yang terpecah menjadi dua di Cirangkong dan Ciheuni, kemudian Skywalker milik pengusaha Jakarta, dan yang terakhir dibuka Parang Via Ferrata.