BELAKANGAN ini nama Atalia Kamil kian populer. Hal itu tak lepas dari nama Kamil di belakangnya. Ya, dia adalah istri dari Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil. Sebagai istri orang nomor satu di kota Bandung, bagaimana Atalia menjalani perannya sebagai istri, ibu, dan Ibu Wali Kota?
Perbedaan dirasakan wanita bernama lengkap Atalia Praratya ini ketika suaminya resmi dilantik menjadi Wali Kota Bandung pada 16 Oktober 2013. Ia merasa jika dulu prioritasnya hanyalah suami dan anak-anak, seketika berubah. Bahwa ada prioritas lain yang perlu diperjuangkan, yaitu warga. Tentang bagaimana memastikan bahwa warga Bandung maju, terdidik, dan khususnya ibu serta anak-anak sejahtera.
“Saya sebagai istri Wali Kota harus legowo karena waktu Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, menjadi sangat sedikit untuk keluarga. Jadi peran antara istri dan suami benar-benar terasa. Bahwa saya harus menjadi ayah pada saat-saat tertentu. Misalnya, ketika anak membutuhkan ayah tetapi Kang Emil tidak di rumah,” ucap Atalia mengawali perbincangan dengan Okezone, belum lama ini di Jakarta.
Melihat suami yang harus bekerja dari pagi hingga pukul 11 malam, wanita menyandang gelar doble degree ini mulai memasang ‘kuda-kuda’ bagaimana agar ia bisa menjadi seperti Kang Emil terkait perannya sebagai suami dan ayah. Justru pada momen itu Atalia menyadari peran keluarga adalah saling melengkapi.
“Ternyata saya dan suami bukanlah ‘matahari’ yang berjalan masing-masing. Tetapi, kami harus saling melengkapi. Apalagi ketika saya juga terlibat dalam banyak kegiatan. Ketika di rumah Kang Emil enggak ada, bahkan sebaliknya. Ketika Kang Emil di rumah saya yang enggak ada. Situasi seperti itu sering terjadi pada keluarga kami,” sambung wanita lulusan Universitas Padjajaran dan Parahyangan jurusan Hubungan Internasional ini.
Menjalani peran ganda sebagai istri dan tokoh masyarakat Atalia mengaku tak ada yang menyusahkan. Hanya saja soal waktu yang kerap menjadi kendala. Ketika pasangan ini sama-sama sibuk, Atalia selalu mengingat pesan suami “Kang Emil selalu berpesan, dia bilang ‘Teteh jangan ke mana-mana, saya butuh teteh. Apa pun yang saya lakukan dia setuju dan selalu mendukung asal fokus pada keluarga jangan sampai terlupakan’. Itulah yang sering disampaikan Kang Emil, dia butuh saya,” ungkapnya lagi.
“Kami selalu berkirim foto dan kabar. Maka ketika sulit berkomunikasi Kang Emil tahu saya ada di mana. Seperti foto-foto dan kata-kata yang mucul di media sosial, itu bukan pencitraan, tetapi memang kami orangnya begitu. Saling memberi kejutan dan memuji untuk mengatasi kebosanan.”
Lebih lanjut, wanita 45 tahun ini mengatakan bahwa Ridwan Kamil adalah tipe suami yang romantis, meski tampaknya biasa dan cuek-cuek saja. Banyak hal romantis yang diberikan suami kepada dirinya, entah kejutan juga pujian, atau bahkan meledek.
“Ucapan-ucapan di media sosial yang sering mengikuti pasti tahu bagaimana kami, ya itulah aslinya kami. Seperti baru-baru ini Kang Emil tiba-tiba mengajak saya ke gunung dengan mata di tutup. Padahal saya pakai high heels, eh ternyata pas di atas ada pemandangan bagus banget dan kami makan berempat sekeluarga,” celoteh sambil terharu.
Sebagai wanita yang menjadi perhatian di Kota Bandung, Atalia yang lahir pada 4 Oktober 1971 ini, ia juga mengambil peran di daerahnya. Yaitu dengan aktif menjadi Ketua Penggerak Ibu-Ibu PKK di Bandung. Setiap hari Senin ia berbagi tugas dengan suami, untuk mempir ke SD-SD di Bandung untuk menjadi pembina upacara. Tujuan Atalia adalah ingin menyampaikan nilai-nilai moral dan budi pekerti kepada siswa-siswi. Dengan kehadirannya di lapangan upacara, diharapkan anak-anak tidak bosan melihat guru atau kepala sekolah dan menangkapkan apa yang ia sampaikan.
Kejujuran Jadi Harga Mati untuk Anak-Anak di Rumah
Di tengah padatnya kesibukan Atalia, ia menyadari bahwa peran sebagai ibu penting dalam keluarga. Menurutnya, banyak sekali hal-hal yang tak terkendali dialami anak-anak saat ini, hal itu dikarenakan peran ibu yang kurang menyiapkan anak-anak mereka sebagai pribadi dan generasi penerus bangsa.
Sebuah kalimat dilontarkan Atalia, “If you educate a man, you educate a man. But, if you educate a woman, you educate a generatiaon.” Artinya, dari seorang ibu yang terdidik maka akan melahirkan anak-anak dan generasi selanjutnya yang terdidik pula.
“Ibu harus berpendidikan, perlu berwawasan. Kalau anak melenceng, yang harus dipertanyakan adalah bagaimana peran ibunya selama ini. Karena selama anak masih kecil dan ada di tangan ibu, itu masih aman. Tetapi, bagaimana mendidik anak agar tetap ada di koridor yang tepat setelah sudah tidak bersama orangtua mereka lagi, itulah yang harus di lakukan,” kata ibunda dari Emmiril Khan Mumtadz, Camillia Laetitia Azzahra ini.
Dalam mendidik kedua anaknya Atalia menekankan nilai kejujuran. Tak ada toleran untuk anak yang tidak jujur kepadanya. “Buat saya kejujuran itu harga mati yang enggak boleh di tawar lagi. Saya akan kasih hukuman kalau Aa dan Dedek (sapaan putra-putri Atalia) berbohong. Jadi dalam hal apa pun, anak-anak harus terbuka,” cetusnya tegas.
Atalia merasa beruntung ketika ada di posisi seperti sekarang ini, anak-anaknya sudah besar. Ia ingin anak-anaknya menjadi pribadi yang bermanfaat. Ia juga menggambarkan seperti apa sosoknya di mata buah hatinya.
“Jangan khawatir, setiap perjalanan itu sudah ada yang menentukan. Saya tak pernah berpikir akan jadi istri Wali Kota. Tapi ternyata saat ini apa yang saya lakukan dulu semuanya bermanfaat, tak ada yang sia-sia. Allah maha baik, saya mengemban tugas untuk Bandung ketika anak sudah bisa mandiri. Kakaknya kelas 3 SMA dan adiknya 1 SMA. Di usia itu mereka sudah bisa membantu teman dan mengerti pentingnya menjaga nama baik keluarga,” ucapnya sambil tersenyum.
Harapan terakhir Atalia kepada putra-putrinya adalah agar mereka menjadi pribadi yang bermanfaat. “Ingatlah bahwa tak ada lagi yang bisa dikenang setelah kita ‘tiada’ selain manfaat yang sudah diberikan kepada orang banyak. Maka jadilah orang yang mengispirasi,” harapnya menutup perbincangan.
(Vien Dimyati)