CANTIK, kini tak hanya dilihat dari seberapa putih kulit seseorang. Agaknya, tren telah bergeser, mengubah persepsi masyarakat bahwa kulit yang coklat atau lebih gelap justru lebih eksotis.
Namun tak semua orang memiliki warna kulit yang gelap alami, ini yang akhirnyaa melahirkan tradisi tanning atau menggelapkan warna kulit agak menjadi lebih eksotis. Akan tetapi, apakah Anda tahu tanning bukan hanya sekadar treatment kecantikan semata? Melainkan sebuah usaha untuk menjaga perdamaian dunia hingga akhirnya menjadi sebuah industri yang masif?
Tanning Sempat Dianggap Tabu
Treatment tanning menjadi salah satu dari banyak hal yang dikaitkan dengan Gabrielle "Choco Channel" dimana saat itu ia menampilkan foto berjemur di French Riviera pada 1923. Kulit gelap menjadi hal yang benar-benar ingin diimiliki banyak wanita sekarang itu. Karena disaat yang bersamaan banyak sekali wanita dengan kulit putih pucat yang ingin mengubah warna kulit menjadi lebih gelap.
Sebenarnya, warna kulit kecokelatan yang cenderung gelap, merupakan hal yang relatif, bukan merupakan ukuran kecantikan ideal. Penduduk asli di beberapa wilayah di dunia, seperti Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Selatan sangat mengidamkan warna kulit yang gelap bersinar dan selalu berusaha untuk mendapatkan impiannya itu, sementara orang asli di Asia, India dan Timur Tengah yang memiliki warna kulit kemerah mudaan terkadang melakukan upaya untuk mengurangi warna alami kulit yang dimiliki dengan mengkonsumsi produk tertentu, serta ada pula orang yang lebih senang mempertahankan warna alami kulitnya.
Ketika penyetaraan warna kulit merupakan hal tabu, warna kulit pucat dewasa ini kerap dikaitkan dengan status sosial. Dimana beredar anggapan bahwa orang dengan status sosial lebih tinggi memiliki kulit yang lebih putih karena orang tersebut tidak harus terpapar sinar matahari saat bekerja karena mereka bekerja di dalam ruangan. Sebaliknya wanita dengan status sosial lebih rendah dan berasal dari kelas pekerja kasar, memiliki kulit berwarna lebih gelap. Hal ini terlihat hingga awal tahun 1900-an, dimana wanita kaya di Eropa dan Amerika dalam keseharinnya melindungi dirinya dengan payung, topi, dan sarung tangan.
Tanning Mulai Menjadi Industri
Tanning sendiri diawali dengan tempat pariwisata di sebuah pantai di Perancis yang membuka kunjungannya untuk wisatawan sepanjang musim panas untuk pertama kalinya pada tahun 1923. sehingga berjemur dikala itu dianggap sebagai hobi dan gaya hidup orang berada.
Vogue mengatakan pada 1929 bahwa "gerakan sengatan sinar matahari" menyebabkan munculnya industri baru yang menguntungkan seperti pakaian renang, kosmetik dan pakaian lain yang dapat memperlihatkan penampilan yang berbeda setelah melakukan tanning.
Sedangkan produk kosmetik yang diperkenalkan sebagai minyak tanning pertama adalah racikan perancang busana Jean Patou pada tahun 1928. Hal tersebut diikuti oleh produk L'Oreal dengan minyak tanning UV Screen-nya. Dari situlah orang-orang menyadari akan manfaat dari produk anti-UV, akan tetapi dilain sisi, itu semua tidak menghentikan jutaan orang untuk menggunakan produk Baby Oil atau minyak zaitun untuk menyerap sinar matahari.
Akibat lain dari hadirnya tanning yang kentara terlihat dari banyaknya brand swim suit yang hadir sebagai busana ketika ingin berjemur. Atau kini yang lebih berinovasi adalah spray tanning yang mana bisa memberikan kesempatan seseorang yang ingin berkulit gelap tanpa harus berjemur
Dahulu, warna kulit pucat memang merupakan tanda kehormatan. Tetapi sebaliknya, warna kulit kecokelatan kini menandakan bahwa warna kulit yang lebih gelap pun bisa terlihat cantik.
Tengok saja selebriti Hollywood yang berbondong-bondong melakukan tanning seperti, Kim Kardashian, Victoria Bekham sampai dengan Jennifer Lopez. Ini sekaligus membuktikan, semua orang memiliki waktu luang untuk bersantai dan menghitamkan warna kulit. (cont)
Apakah Tanning Aman bagi Kulit?
Budaya Tanning mulai mencapai popularitasnya seiring pergeseran standar kecantikan warna kulit bukan lagi wanita dengan kulit putih pucat. Sehingga banyak wanita berlomba-lomba menggelapkan warna kulit agar terlihat seksi dan eksotis. Tapi tahukan Anda bahwa tanning memiliki resiko terkena kanker kulit?
Menurut Skin Cancer Foundation, 90 persen dari semua kanker kulit berhubungan dengan paparan radiasi UV matahari. Tanning juga menunjukkan indikator penuaan, seperti keriput dan bintik-bintik coklat. Dan sebenarnya bahaya ini sudah diketahui masyarakat umum sejak lama, sejak pertama kali tanning muncul menjadi bagian budaya kecantikan. Namun masyarakat sepertinya menghilangkan kekhawatiran tersebut, mereka lebih memilih tampil cantik daripada mengurangi resiko terkena kanker kulit.
Mengapa begitu banyak orang terus 'merusak' kulit mereka dengan sengaja ketika mereka tahu betapa berbahayanya paparan sinar matahari tersebut? Seperti banyak penelitian menyebutkan,orang sering tidak sadar menanggapi peringatan bahaya terhadap sesuatu dengan mencari kenyamanan dengan tidak mengindahkannya. Aneh, tapi hal yang sama juga terjadi pada perokok yang sulit menghilangkan kebiasaan merokok meski sudah tahu mengenai bahayanya.
Meskipun majalah fashion sering mencoba untuk mendorong pembacanya menggunakan perlindungan matahari yang lebih baik, namun keinginan untuk memamerkan kulit berwarna tanning tidak menunjukkan tanda-tanda akan berkurang. Pilihan kembali berada di tangan Anda sang pemilik kulit. Penampilan seperti apa yang Anda inginkan dan apakah Anda paham resiko bila melakukannya? Eksotisme tak semata hanya ditunjukkan oleh kulit berwarna gelap saja. Bahasa tubuh dan postur yang menarik turut menunjang penampilan seseorang secara keseluruhan. (end)
(Silvia Junaidi)