MEMBAWA nama negara Indonesia, tentu saja dukungan pemerintah sangat dibutuhkan untuk mempromosikan kuliner Indonesia di mancanegara. Sayang, ini yang dinilai kurang maksimal oleh para pelaku dan praktisi kuliner ketika mereka ingin menduniakan kuliner Nusantara.
Tugas mempromosikan kuliner Tanah Air ke luar negeri memang bukan tugas pemerintah saja. Semua lapisan masyarakat harus berperan serta agar masakan tradisional dipandang mata dunia. Namun dukungan pemerintah sangat dibutuhkan agar para pelaku dan praktisi kuliner memiliki kepercayaan diri untuk membanggakan kuliner Indonesia.
Chef Degan Septoadji mengatakan, saat ini memang sudah banyak event yang mempromosikan budaya dengan melibatkan kuliner di berbagai negara yang digelar setahun sekali. Namun faktanya, kuliner Indonesia masih belum begitu tersorot.
Pasalnya, kata dia, intensitasnya masih sangat kurang. Event sekali dalam setahun dirasa masih kurang untuk 'melekatkan' kuliner Indonesia di lidah, maupun di ingatan mereka.
"Seperti yang saya lihat di London dan Paris. Ini masih kurang, perlu lebih ditingkatkan lagi frekuensi penyelenggaraannya agar kuliner Indonesia makin terekspos," beber Chef Degan kepada Okezone melalui surat elektronik, Kamis 20 Oktober 2016.
(Foto:Foodrepublic)
Pemerintah, lanjut Chef Degan, harus lebih sering lagi menggelar atau mendukung event-event yang bertujuan untuk mengenalkan kuliner Tanah Air. Misalnya dengan kolaborasi antara pemerintah dan pihak swasta atau investor untuk bekerja sama dengan pihak profesional. Hal ini akan berdampak pada kemajuan kuliner Indonesia.
Selain event, restoran Indonesia menurut Chef Degan juga bisa menjadi garda terdepan di negeri orang untuk mempromosikan kuliner lokal di masyarakat internasional. Dengan adanya restoran Indonesia tersebut, masyarakat setempat bisa kapan saja menyambangi restoran untuk mencoba makan, melihat dekorasi yang berunsur budaya, hingga berinteraksi langsung dengan warga Indonesia. Dari sini kemudian pengetahuan mereka akan Indonesia semakin bertambah.
Karena masih minimnya tersebut, menurut Chef Degan ini yang akhirnya menyebabkan pemikiran para penikmat kuliner jadi salah kaprah.
"Hal ini membuat banyak orang yang mengira beberapa hidangan khas Indonesia yang disajikan restoran tersebut, seperti sate, nasi goreng bahkan rendang, merupakan makanan asal negara mereka," tambah mantan juri Junior MasterChef Indonesia (JMCI) ini.
Pemerintah Harus Belajar dari China
Ditemui dalam kesempatan terpisah, Chef Stefu Santoso mengungkapkan, keseriusan para pelaku dan praktisi kuliner untuk ikut mempromosikan kuliner Nusantara tidak perlu diragukan lagi. Menurutnya, hal ini bisa terlihat dari beberapa kuliner yang akhirnya menjadi tren atau booming, meskipun baru sebatas di media sosial , namun ini efeknya bisa sangat luar biasa.
"Sudah cukup banyak yang terlibat, baik yang di dalam negeri dan maupun luar negeri, buktinya kuliner kita lagi booming dan di berbagai media sosial seperti instagram," tutur Chef Stefu Santoso, kepada Okezone, di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Kesuksesan ini, lanjutnya, tidak terlepas dari inovasi-inovasi yang dilakukan para chef profesional, dengan menerapkan konsep gastronomi pada setiap hidangannya. Sehingga, meskipun hidangannya menggunakan bumbu-bumbu tradisional, namun presentasinya dibuat dengan gaya modern.
Sayangnya, kesuksesan kuliner Indonesia hingga di dunia internasional belum mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Hambatan yang paling besar dirasakan kebanyakan chef yakni, masih sering terjadi missing link terkait logistik dan juga bahan bakunya. Hal ini berdampak pada ketersediaan hidangan-hidangan tersebut, yang notabennya hanya dapat di temui di Indonesia.
(Foto:Shutterstock)
"Permasalahan utamanya adalah logistik. Tidak mudah menemukan bahan baku khas Indonesia di luar negeri. Jeruk limau contohnya. Waktu saya presentasi di Singapura, bahan baku tersebut tidak dapat ditemukan di mana pun," jelasnya.
Stefu menambahkan, hanya di Belanda saja bahan baku khas Indonesia dapat ditemukan secara lengkap. Disinilah peran pemerintah seharusnya digencarkan.
Ia berharap, pemerintah dapat mewadahi sebuah community asli Indonesia di setiap negara, seperti halnya China. "Di mana-mana China Town itu pasti ada. Kita seharusnya bisa menirukan hal tersebut," tegas Stefu.
"Kedepannya pemerintah harus berani bekerjasama dengan berbagai pihak terkait, seperti bekerjasama dengan maskapai-maskapai internasional dan memberdayakan Sumber Daya Manusia yang berusia muda," tutupnya.
(Santi Andriani)