Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Suasana Berkabung, Harta Warisan Tak Baik Diperebutkan

K. Wahyu Utami , Jurnalis-Selasa, 07 Februari 2012 |16:25 WIB
Suasana Berkabung, Harta Warisan Tak Baik Diperebutkan
Ade Namnung (Foto: Kapanlagi)
A
A
A

WARISAN selalu menjadi permasalahan ketika seseorang meninggal. Tak jarang, masa berkabung yang masih panjang pun dilupakan begitu saja.
 
Mendapatkan warisan dari keluarga yang lebih dulu meninggalkan kita memang sebuah rezeki yang perlu dibagi secara bijaksana. Masa ideal ini biasanya dilakukan usai masa berkabung selesai, serta proses kepergian almarhum berlalu cukup lama.
 
Sayangnya, pada kenyataannya urusan warisan kerap menjadi permasalahan pelik. Parahnya, tak jarang terjadi dalam masa berkabung para keluarga. Hal ini tentu sangat disayangkan dan cukup memprihatinkan seperti yang baru-baru ini terjadi pada keluarga almarhum Ade Namnung.
 
Memandang fenomena tersebut, Veronika Soepomo MSi, Psikologist Psychological Practice Kasandra Associates mengatakan, bahwa langkah tersebut sangatlah tidak pantas dilakukan.
 
“Secara normative, hal itu sangatlah tidak pantas. Apalagi masih dalam suasana bergabung. Alangkah tidak etis melakukannya ketika suasana hati masih dilanda rasa kehilangan dalam atas kepergian anggota keluarga,” tutur Veronika dalam perbincangan dengan okezone melalui e-mail, Selasa (7/2/2012).
 
Veronika melihat, terjadinya fenomena tersebut biasanya dikarenakan beberapa faktor yang dapat menyebabkan sang keluarga merasa ingin memercepat pengurusan harta warisan.
 
“Ketika orang baru ditinggal satu minggu misalnya, kesedihan tentu masih menyelimuti para keluarga yang secara emosi merasa dekat dan masih sedih. Jika terjadi perebutan harta warisan, faktor yang menyebabkannya bisa karena kurang komunikasi, kurangnya kedekatan secara interpersonal, serta adanya kekhawatiran antar anggota keluarga. Misalnya saja, jangan-jangan ada yang akan mendominasi dan sebagainya,” sambungnya.
 
Seringnya terjadi peristiwa seperti ini, lanjut Veronika merupakan hal yang wajar terjadi. Apalagi ketika orang yang meninggal memiliki harta yang banyak. Dengan kondisi tersebut, bukan tidak mungkin mereka pun bakal tergiur tanpa memerhatikan suasana hati, yakni dengan tidak adanya empati pada orang-orang yang sedih.
 
Guna menanggulangi hal tersebut, Veronika pun menyarankan waktu ideal untuk merumuskan persoalan krusial tersebut minimal tepat setelah 40 hari meninggalnya orang tersebut.
 
“Pasca 40 hari biasanya mereka sudah tidak lagi menunjukan emosinya. Mereka pun sudah cooling down dan sudah mampu berpikir secara rasional,” tutupnya. (ind)
 

(Tuty Ocktaviany)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement