Kondisi saat paru-paru terisi cairan alias penumpukan cairan yang akibatnya bisa mencegah tubuh untuk mendapatkan oksigen. Penyakit ini bisa bervariasi dalam tingkat keparahan, dilansir dariHealthline.
Kondisi saat paru-paru terisi cairan alias penumpukan cairan yang akibatnya bisa mencegah tubuh untuk mendapatkan oksigen. Penyakit ini bisa bervariasi dalam tingkat keparahan, dilansir dariHealthline.
Seseorang yang mengidap edema paru, biasanya mengalami beberapa kondisi yang menjadi gejalanya. Mulai dari sesak napas saat melakukan aktivitas fisik, sulit bernapas saat berbaring, mengi (napas berbunyi seperti asma), terbangun di malam hari dengan perasaan terengah-engah tapi hilang saat dibawa duduk, berat badan bertambah dengan cepat, terutama di kaki, edema (pembengkakan) di bagian bawah tubuh dan kelelahan.
Penyebabnya ada dua, dikutip dari Verywell Health, edema paru terbagi pada dua jenis. Jenis pertama edema paru jantung, terjadi karena ada masalah jantung yang mendasarinya. Sehingga menyebabkan tekanan di sisi kiri jantung jadi tinggi.
Sementara untuk edema paru non-jantung, penyebabnya disebutkan karena ada sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS). Nah, ARDS ini disebabkan oleh peradangan difus yang terjadi di dalam paru-paru.
Orang dengan masalah jantung atau gagal jantung disebutkan sebagai yang paling berisiko mengalami edema paru. Selain itu, bisa juga didorong oleh berbagai faktor lainnya. Meliputi, ada riwayat edema paru, memiliki riwayat penyakit paru-paru, seperti tuberkulosis atau gangguan paru obstruktif kronik (PPOK) dan gangguan pembuluh darah (darah).
Cara terbaik adalah menjalani pola hidup sehat sebagai pencegahan, vaksinasi, mulai dari divaksin pneumonia hingga vaksin flu, hingga membiasakan diri untuk rutin ke dokter untuk pemeriksaan kesehatan.