JAKARTA - Pop Mart, perusahaan mainan asal China yang sempat menjadi primadona berkat boneka Labubu, kini menghadapi fase sulit. Saham perusahaan ini dilaporkan turun hampir 40 persen, membuat investor mulai mempertanyakan apakah tren boneka blind box yang sempat booming kini mulai meredup.
Labubu sebelumnya bukan sekadar mainan. Karakter ini sempat menjadi koleksi wajib dan diperjualbelikan kembali dengan harga tinggi. Namun, euforia tersebut kini terlihat mulai menurun.
Seiring melemahnya minat penggemar di pasaran, harga jual kembali Labubu pun ikut terkoreksi. Salah satu sinyal yang membuat investor waswas adalah performa penjualan di Amerika Serikat.
Hasil penjualan pada momen besar seperti Black Friday pada November lalu ternyata tidak sekuat perkiraan. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran bahwa antusiasme konsumen, terutama para kolektor, tidak lagi setinggi sebelumnya.
Fenomena Labubu pun mulai dibandingkan dengan tren koleksi legendaris seperti Beanie Babies pada era 1990-an. Kala itu, mainan berubah menjadi objek spekulasi sebelum akhirnya kehilangan daya tarik dan membuat banyak kolektor gigit jari.
Perbandingan ini menjadi alarm bagi investor Pop Mart. Data juga menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan Pop Mart di pasar Amerika Utara mulai melambat.