Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi Sindrom Sorry Habit

Kurniasih Miftakhul Jannah, Jurnalis
Sabtu 20 Desember 2025 10:08 WIB
Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi Sindrom Sorry Habit (Foto: Freepik)
Share :

Bahasa itu penting. Ketika kita terlalu sering meminta maaf, kita melemahkan komunikasi dan merendahkan diri sendiri. Permintaan maaf yang tulus tidak hanya terdengar hampa ketika kita terus-menerus meminta maaf, tetapi kita juga menciptakan lanskap batin yang ditandai dengan perasaan tidak layak untuk membiarkan keyakinan, permintaan, dan pernyataan umum kita berdiri sendiri.

Alih-alih mengucapkan maaf dengan asal-asalan, cara yang baik untuk menganalisis apakah permintaan maaf itu perlu atau bermanfaat adalah dengan bertanya pada diri sendiri, “Apakah saya perlu meminta maaf?” dan “Apakah saya melakukan sesuatu yang benar-benar memenuhi kriteria berikut?”

Kapan Harus Meminta Maaf?

  • Ketika kamu telah menyakiti seseorang.
  • Ketika kamu telah menyinggung, mengecewakan, atau menyakiti perasaan seseorang.
  • Saat kamu menyesali perilaku kamu (bukan saat orang lain tidak menyukai perilaku kamu, tetapi kamu tetap mempertahankannya).
  • Ketika kamu melakukan kesalahan dan kesalahanmu berdampak pada orang lain.
  • Untuk mengakhiri perselisihan dan meninggalkan dendam lama.
  • Saat kamu perlu meminta maaf pada diri sendiri.

Terlalu banyak dari kita yang terbiasa menyisipkan kata "maaf" dalam bahasa kita sesering kita menggunakan jeda verbal seperti "um". Dengarkan diri kamu minggu ini dan perhatikan seberapa sering kamu meminta maaf. Berapa banyak dari permintaan maaf itu yang tidak perlu? Mulailah menahan lidah kamu ketika kamu merasa ingin meminta maaf. Tidak hanya orang lain akan lebih menghormati kamu, kamu juga akan lebih menghormati diri sendiri.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Women lainnya