JAKARTA - Kasus perundungan terus terjadi di Indonesia. Belakangan ini, publik dihebohkan oleh dugaan kasus bullying yang menyeret anak sekolah.
Selain luka fisik, perundungan juga menyisakan dampak psikologis berupa trauma. Lalu, apakah trauma akibat bullying dapat dipulihkan?
Psikolog Meity Arianty menjelaskan bahwa trauma memang dapat diredakan, meski tidak bisa hilang sepenuhnya.
Menurutnya, proses penyembuhan lebih menekankan pada bagaimana individu belajar mengelola trauma tersebut, sehingga tidak sampai mengacaukan kehidupan sehari-hari.
Meity menambahkan, pengalaman bullying biasanya tersimpan sebagai memori kelam yang bisa bertahan dan menjadi bagian dari perjalanan hidup seseorang.
Selain trauma, masih ada dampak lain dari bullying terutama yang terjadi di lingkungan sekolah. Dari sisi kesehatan mental, korban lebih rentan mengalami stres, depresi, kecemasan, hingga gangguan tidur atau pola makan.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)