TIPS menyiapkan dana pendidikan anak untuk moms yang layak dicoba. Pendidikan adalah warisan paling berharga yang bisa diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Namun, seperti kita tahu, biaya pendidikan semakin tahun semakin tinggi.
Maka tak heran, menyiapkan dana pendidikan sejak dini bukan hanya bijak, tapi wajib. Pertanyaannya, kapan waktu yang tepat mulai menabung untuk pendidikan anak?
Perencana Keuangan Mike Sutikno Rini mengatakan, waktu yang tepat mulai menabung untuk pendidikan anak menurut perencana keuangan idealnya dimulai sejak anak masih dalam kandungan, bahkan sebelum ia lahir.
“Punya anak pasti butuh perencanaan keuangan, dan salah satunya adalah dana pendidikan. Idealnya, begitu anak lahir, dana sudah mulai dialokasikan,” jelas dia kepada Okezone, Minggu (6/7/2025).
Meskipun banyak orang tua menunggu anak masuk TK atau SD dulu baru mulai menabung, pendekatan ini bisa membuat tekanan finansial lebih besar di masa depan. Sebaliknya, jika dana disiapkan sejak dini, beban bisa dibagi secara bertahap dan lebih ringan.
Dana pendidikan bisa disimpan dalam berbagai bentuk, tergantung jangka waktu dan tujuan:
· Tabungan Bank dan Deposito. Cocok untuk kebutuhan jangka pendek (1-3 tahun) seperti masuk TK atau SD.
· Logam Mulia (emas). Baik untuk melindungi nilai uang dari inflasi jika disimpan jangka menengah.
· Reksa Dana, Obligasi, Saham. Ideal untuk jangka panjang, seperti dana masuk perguruan tinggi. Memberikan potensi pertumbuhan lebih tinggi yang mampu mengejar kenaikan biaya pendidikan, yang bisa naik lebih dari 10% per tahun.
Menurut perencana keuangan, orang tua disarankan menyisihkan 10%-30% dari total pendapatan bulanan untuk investasi, termasuk dana pendidikan.
“Besarannya tergantung pada target dana pendidikan yang diinginkan. Hitung dulu biaya masuk sekolah atau kuliah anak, lalu cocokkan dengan kemampuan menabung. Jangan asal sisih, tapi hitung apakah itu cukup untuk targetnya,” tegas dia.
Biaya pendidikan tidak hanya uang pangkal atau SPP, tapi juga meliputi: les tambahan, buku, seragam, kegiatan ekstrakurikuler, study tour, transportasi sekolah.
“SPP, les, dan kebutuhan rutin sebaiknya diambil dari pos biaya hidup, bukan dari dana investasi. Karena itu sifatnya reguler,” ujarnya.
Beberapa orang tua berpikir homeschooling bisa memangkas biaya pendidikan. Tapi, menurut narasumber, memilih sistem pendidikan seharusnya bukan berdasarkan murahnya, melainkan berdasarkan kebutuhan dan karakter anak.
“Kalau memilih homeschooling hanya karena lebih murah, itu salah. Kita harus tahu dulu anak kita cocoknya dengan sistem apa. Kalau tidak, anak tidak berkembang optimal meskipun biayanya hemat,” jelasnya.
Selain dana pendidikan, orang tua juga perlu menyisihkan dana darurat. Idealnya, sebesar 6 kali pengeluaran bulanan keluarga.
“Dana darurat itu penting karena hidup penuh ketidakpastian. Bencana, sakit, kehilangan pekerjaan, semua bisa terjadi. Kalau kita punya dana darurat, kita lebih siap secara mental dan fisik,” ujarnya.
Menyiapkan dana pendidikan anak bukan sekedar soal angka, melainkan bentuk nyata tanggung jawab dan cinta orang tua terhadap masa depan anak. Dengan perencanaan yang tepat sejak dini, setiap keluarga bisa menghadirkan peluang pendidikan terbaik tanpa harus terjebak dalam tekanan finansial di masa depan. Karena sejatinya, investasi pendidikan adalah warisan paling berharga yang tak lekang oleh waktu.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)