ANAK yang menangis terus menerus bukan berarti cengeng. Anak kerap menangis jika masalah menimpanya, baik ketika ia sedih karena tidak mendapatkan hal yang ia mau, atau bahkan ketika ia jatuh saat sedang bercanda.
Tangisan anak ini kerap membuat orangtua kerap menganggap anak tersebut manja. Ternyata menangis bukan lah tanda anak tersebut manja, lebih daripada itu anak yang menangis merupakan bentuk sinyal untuk orangtuanya.
Jika dikaji dari sisi psikologis, anak yang menangis merupakan bentuk komunikasi emosi, terutama pada anak yang kesulitan mengungkapkan perasaannya dalam kata-kata.
Dokter Spesialis Anak dr. Aisya Fikritama, menjelaskan, otak anak cenderung belum matang sepenuhnya dalam mengontrol dan mengungkapkan ekspresi dikarenakan bagian otak yang bernama prefrontal cortex masih tahap perkembangan.
Oleh karena itu, pada saat anak menangis, orangtua dianjurkan menjadi pendamping emosional si kecil.
“Hindarilah, untuk menyuruh secara langsung anak untuk diam dengan kata yang biasanya diucapkan udah diam atau jangan nangis lagi, masa gitu aja nangis,” kata dia dilansir dari Instagram, Selasa (17/6/2025).
Karena ucapan orangtua tersebut berisiko membuat anak untuk takut mengekspresikan dirinya lagi, lalu berdampak pada percaya diri sang anak.
Gunakan validasi emosi terhadap anak dengan pembimbingan dalam mengelola emosi dan perasaan yang tepat. Mulai dari hal kecil seperti ”Gapapa kok kamu marah” atau ”kamu lagi sedih ya? Cerita yuk, papa/mama dengerin”.
Hal ini dapat membuat anak merasa diterima dan aman untuk mengungkapkan perasaannya. Sehingga anak akan bertumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, tidak mudah emosi yang meledak, memiliki empati terhadap orang lain, dan terbiasa mengelola masalah serta konflik yang sehat.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)