Tahun 2025 menjadi tahun bagi Generasi Beta. Mereka menjadi generasi ketujuh sejak generasi diberi nama pada tahun 1901.
Generasi Beta adalah mereka yang lahir antara tahun 2025 hingga 2039. Generasi ini dinilai sebagai generasi yang dicirikan oleh integrasi teknologi yang signifikan dan apresiasi kuat terhadap keberagaman.
Saat masih dalam masa pertumbuhan, Generasi Beta, yang lahir antara tahun 2025 dan 2039, muncul sebagai generasi pertama yang merasakan kehidupan hanya di abad ke-21.
Kemajuan akan sangat mempengaruhi tahun-tahun awal mereka di bidang AI dan otomatisasi.
Dengan teknologi yang tertanam kuat di dunia mereka, Generasi Beta sangat menginginkan pembelajaran dan peningkatan keterampilan yang berkelanjutan agar tetap relevan di pasar kerja yang berkembang pesat.
Hanya waktu yang dapat membuktikan bagaimana pengalaman unik ini akan membentuk nilai, perspektif, dan dampak sosial mereka.
Generasi Beta mungkin cenderung menekankan fokusnya pada beberapa hal. Mulai dari keberagaman, kolaborasi lintas budaya, dan perspektif global untuk beradaptasi dengan dunia yang saling terhubung.
Generasi Beta juga disebut-sebut memiliki lebih banyak peluang untuk mengakses dan fasih menggunakan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan, realitas virtual, dan Internet of Things (IoT).
Saat menghadapi dampak signifikan dari tantangan lingkungan yang semakin meningkat, Generasi Beta lebih memprioritaskan konsumsi yang beretika, keberlanjutan, dan pengambilan keputusan yang sadar iklim.
Generasi ini kemungkinan besar juga akan menumbuhkan ketahanan dan kemampuan beradaptasi yang lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya. Pasalnya, mereka beradaptasi terhadap perubahan sosial dan teknologi yang masif.
Pada Generasi Beta, teknologi adaptif akan mempersonalisasi pengalaman pendidikan siswa dengan jalur pembelajaran yang disesuaikan, beralih dari metode standar yang lazim pada generasi sebelumnya.
Generasi Beta juga akan berkembang di dunia yang sangat erat kaitannya dengan AI dan teknologi. Kenyataan ini akan membentuk karakteristik Generasi Beta dalam beberapa hal. Berikut di antaranya:
Otomatisasi AI dapat mengganggu jalur karier tradisional, sehingga menghasilkan pekerjaan yang fleksibel dan berbasis proyek.
Hal ini dapat menimbulkan budaya kerja yang ‘selalu aktif’, menuntut adaptasi, dan berpotensi mempengaruhi keseimbangan kehidupan kerja.
Dengan terpapar pada konten yang dihasilkan AI, Gen Beta akan berpikir kreatif, menggunakan alat AI untuk mendesain, bercerita, dan memecahkan masalah.
Mereka lebih memanfaatkan alat pendidikan yang dipersonalisasikan yang beradaptasi dengan gaya belajar individu atau tutor bertenaga AI yang menciptakan pengalaman menarik.
80% Generasi Beta terlibat dalam pembelajaran online, sementara AI akan mempersonalisasi pendidikan.
Misalnya, melalui simulasi interaktif, tutor bertenaga AI yang menyesuaikan kesulitan, dan akses instan ke informasi di luar buku teks.
Penggunaan ponsel cerdas secara intensif akan membentuk pola komunikasi dan konsumsi informasi Beta. Meskipun aplikasi yang didukung AI dapat menawarkan kenyamanan dan pengetahuan, kekhawatiran seputar perbandingan media sosial dan informasi yang berlebihan mungkin sering terjadi.
Menyaksikan dampak teknologi terhadap masyarakat mungkin membuat Generasi Beta mengharapkan perilaku perusahaan yang bertanggung jawab.
Mereka mungkin memilih perusahaan yang berdedikasi pada keberlanjutan, praktik data etis, dan dampak sosial yang positif.
(Kemas Irawan Nurrachman)