Hindari Pernikahan Toxic, Pelajari 3 Hal Penting Ini sebelum Menikah

Dimas Andhika Fikri, Jurnalis
Senin 08 Juli 2024 20:11 WIB
Tips Mencegah Pernikahan Toxic. (Foto: Freepik)
Share :

ANGKA pernikahan belakangan ini memang mulai menglami penurunan, perceraian kian meningkat, dan pemberitaan tentang KDRT seolah tiada ujungnya. Semua ini tak pelak membuat orang bertanya-tanya, apakah pernikahan seburuk itu?

Fenomena kegagalan rumah tangga sendiri, dalam ilmu family constellation atau konstelasi keluarga, dipahami sebagai akibat tidak pulihnya pola rantai toksik yang diwariskan orang tua dan leluhur. Oleh karenanya, mengenali pasangan, keluarganya, dan histori diri sendiri sudah sepatutnya menjadi kewajiban sebelum memasuki hubungan jangka panjang. 

Sebuah pertanyaan besar pun muncul, berapa lamakah idealnya durasi mengenal pasangan hingga pas untuk memutuskan menikah?  Menurut Family Constellation Therapist, Meilinda Sutanto, penentu utama seseorang untuk memutakan menikah bukanlah masalah waktu. Namun seberapa mereka saling jujur dan terbuka dengan pasangannya. 

“Apakah nyaman dan aman menjadi diri sendiri ketika bersamanya? Apakah kalian dapat saling menginspirasi utk menjadi versi terbaik masing-masing?,” ujar Melinda dalam acara peluncuran buku keduanya berjudul “I DO” di kawasan Jakarta Pusat, belum lama ini. 

Lebih lanjut, Meilinda mengatakan ketika seseorang sudah aman dan nyaman dengan pasangannya, barulah mereka perlu memikirkan waktu dalam menjalin hubungan. Menurutnya, ketika menjalni hubungan jangan hanya menampilkan sisi yang baik saja, agar pernikahan cepat terlaksana. 

"Ada yang pasangan berpasangan setelah 7-8 tahun dan putus begitu saja, karena sesimple orang tua tidak setuju dengan pernikahannya, dan anak lebih memilih mendengarkan orang tua karena takut dicoret dari kk dan warisan keluarga,” beber Meilinda. 

Dalam beberapa kasus, tak jarang pula sejumlah pasangan melakukan peranjian pra-nikah. Hal ini tentu ada plus minusnya, mengingat tak semua pihak akan setuju dengan perjanjian tersebut. Meilinda menyebut, perjanjian pranikah berfungsi seperti asuransi keamanan untuk masa depan kedua pasangan. Sehingga ini kembali kepada pilihan pribadi masing-masing. 

“Ini pilihan pribadi. Banyak pihak keluarga yang ekonominya lebih berada cenderung menyarankan utk perjanjian pranikah, dan pihak keluarga yang ekonomi lebih di bawah pasangannya cenderung menolak atau tersinggung ketika diminta perjanjian pranikah,” kata Meilinda. 

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Women lainnya