Satu-satunya rumah sakit yang tersisa adalah rumah sakit bersalin di distrik Tal as-Sultan, daerah yang sama di mana pertempuran sengit memaksa Dokter Tanpa Batas menutup kliniknya.
Bahkan membawa korban luka ke tempat di mana mereka bisa dirawat merupakan sebuah tantangan besar. Jalanan yang dipenuhi puing-puing akibat kehancuran dan banyaknya pengungsi yang berpindah-pindah mungkin merupakan pengalaman tersulit yang pernah dialami oleh pekerja medis dan bantuan.
Selama hampir delapan bulan konflik, pihak berwenang Israel mendesak warga sipil untuk melarikan diri ke selatan menuju Rafah. Hal itu menyebabkan populasinnya membengkak menjadi sekitar 1,3 juta sebelum serangan dimulai.
PBB mengklaim bahwa dalam tiga minggu terakhir, sekitar satu juta orang terpaksa kembali mengungsi. Pasien yang membutuhkan perawatan medis mendesak di luar Jalur Gaza telah terjebak selama tiga minggu sejak Israel merebut perbatasan Rafah dengan Mesir.
WHO mengatakan pada Rabu bahwa mereka telah berhasil membawa bahan bakar dan pasokan medis untuk memenuhi kebutuhan sekitar 1.500 pasien di Rumah Sakit Al Ahli di Kota Gaza utara. Namun, 19 lembaga bantuan mengklaim bahwa situasi secara keseluruhannya tetap sangat buruk dan sistem kesehatan di Gaza telah dibongkar secara efektif.
(Leonardus Selwyn)