APA itu kepuhunan? Sebuah mitos yang kerap kita dengar di tanah Kalimantan. Kepuhunan sendiri merupakan mitos yang menonjol dan yang berakar pada cerita rakyat Indonesia.
Lantas, apa yang dimaksud dengan kepunahan? Kepuhunan adalah kepercayaan masyarakat Kalimantan atau lebih dikenal dengan mitos, karena tidak ada penjelasan yang masuk akal mengenai hal tersebut.
Dilansir dari warnikultur.kemdikbud.go.id, kapuhunan atau kajiwa adalah kepercayaan masyarakat tentang bencana yang terjadi ketika kita melihat orang lain makan atau minum, tapi tidak ikut menyantap makanan tersebut. Hal ini biasanya terjadi ketika kita ditawarkan pemilik makanan tapi menolaknya.
Dalam hal ini, kita memang disarankan untuk mencicipi makanan yang ditawarkan orang, atau sekedar menyentuh makanan tersebut dengan jari. Dalam beberapa tempat, Anda bahkan disarankan untuk menyentuh makanan tersebut dengan jari, lalu menyentuhkan jari tersebut ke leher.
Kepuhunan atau dalam bahasa setempat dikenal juga dengan tapen, ketika kita mempunyai niat dalam hati untuk makan atau minum sesuatu, namun tidak terkabul. Maksud dari dari tradisi ini adalah agar keinginan kita harus dilaksanakan.
Sebagai contoh, misalnya ada seseorang bernama Amin yang tinggal di Samarinda dan seorang teman datang ke rumahnya. Saat itu, Amin memakan sepiring mie dan menawarkan makanan kepada temannya. Namun temannya tersebut menolak pemberian Amin dan memilih untuk segara pulang.
Tak lama kemudian, kakak Amin memanggilnya: "Amin, temanmu mengalami kecelakaan di dekat rumah!" Amin segera keluar menemui temannya. Di tengah perjalanan, dia pun teringat temannya meninggalkan rumah tanpa mencoba makanan yang ia tawarkan.
Itulah yang disebut sebagai Kepuhunan, ketika Anda mendapat kemalangan atau kecelakaan karena Anda tidak makan atau mencicipi makanan atau minuman yang ditawarkan tuan rumah kepada Anda.
Percaya atau tidak, mitos ini sudah lama menjadi tradisi di kalangan masyarakat Kalimantan, karena sebagian besar penduduk pernah mengalami kejadian tersebut. Jadi jika Anda berkunjung ke Kalimantan dan ditawari untuk mencicipi makanan dan minuman, setidaknya Anda harus mencobanya sedikit. Meskipun Anda tidak mempercayai mitos, lakukan saja untuk menghormati tradisi.
(Martin Bagya Kertiyasa)